my scroller


I made this widget at MyFlashFetish.com.

Sabtu, 28 April 2012

[FANFICTION] 6DAYS TO LOVE YOU


TITLE                      : 6 DAYS TO LOVE YOU
MAIN CAST         : SHIM HYUNSEONG & HAN EUN JI
AUTHOR              : SHIN



[HARI PERTAMA]
                Cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah jendela kamar Eun Ji membuat Eun ji yang tengah terlelap dalam tidurnya pun terbangun. Tubuh mungil Eun ji menggeliat diatas tempat tidurnya. Eun Ji tersenyum lalu bangkit dari tempat tidur seraya membuka jendelanya. Sinar matahari langsung menyilaukan matanya saat jendela terbuka. Eun Ji melirik kearah jam di meja belajarnya.
                “aigho.. aku terlambat.” Eun Ji segera bergegas mandi. Setiap pagi adalah waktuyang sangat penting bagi Eun Ji. Karena waktunya yang singkat, Eun Ji berusaha melakukan semua hal yang terbaik yang bisa dilakukannya.

~
                Selesai mandi dan berpakaian, Eun Ji segera bergegas memakai sepatu dan berlari keluar rumah menuju pantai dekat rumahnya menggunakan sepeda. Tak lupa, Eun Ji juga membawa biola serta makan siang yang memang sudah ibunya siapkan sebelumnya.
                Eun Ji adalah seorang gadis yang ceria. Umurnya baru menginjak 15 tahun. Gadis cantik yang selalu bersemangat meskipun waktunya sangat terbatas.
                “Eun Ji, hati-hati.” Teriak ibu saat Eun Ji hendak menaiki sepedanya.
                “ne, omma.” Balas Eun Ji cepat.
                Dengan kecepatan penuh, Eun Ji mengendarai sepedanya menuju pantai. Matanya terus mengamati sekeliling pantai. Ia mencari sosok yang selalu ia temui saat pagi datang.
                Setelah lama berkeliling, akhirnya yang dicari Eun Ji pun ketemu. Seorang namja sedang berjalan ditepi pantai. Seperti biasanya, tatapannya selalu kosong. Tapi itulah yang membuat Eun Ji menyukainya. Eun Ji mengatakan bahwa mata itu keren.
                Kring.. Kring..
Eun Ji menghampiri namja itu lalu menyapanya.  Namja itu hanya menoleh sedikit lalu kembali mengacuhkan Eun Ji. Karena kesal, Eun Ji pun menghentikan sepedanya tepat didepan namja itu.
“ini..” Eun Ji menyodorkan bekal yang disiapkan ibunya kepada namja itu. namun namja itu justru menangkis tangan Eun Ji dan membuat bekal yang dibawanya hampir jatuh lalu pergi begitu saja.
Eun Ji meletakkan sepedanya lalu mengejar namja itu.
“YAA~ mata keren.” Teriak Eun Ji memanggil namja itu. teriakannya Eun Ji ternyata berhasil, namja itu berhenti kemudian menoleh. Namja itu menatap Eun Ji. Mata itu.. mata keren itu yang membuat Eun Ji jatuh cinta padanya. Meskipun Eun Ji tidak tahu nama bahkan suara namja itu.
“kenapa kau selalu mengikutiku?” namja itu berjalan mendekati Eun Ji. Eun Ji melangkah mundur saat jarak antaranya dan namja itu semakin dekat namun namja itu dengan cepat menangkap lengan Eun Ji lalu mencengkramnya. Eun Ji meringis kesakitan.
“aww..”
“berhenti mengganggu ku.” Desih namja itu.
Darah keluar dari hidung Eun Ji, membuat namja itu tersentak kaget.
“hidungmu..” namja itu menunjuk kearah hidung Eun Ji.
Eun Ji segera mengusap hidungnya yang berdarah.
“ghwenchana. Melihat ku seperti ini kau merasa kasihan kan?” goda Eun Ji. Tapi namja itu tak menghiraukannya dan malah memberikan sapu tangannya pada Eun Ji.
Namja itu berjalan mendahului Eun Ji. Eun Ji mengejarnya.
“siapa namamu?”
                “Shim HyunSeong.”
                “namamu bagus juga. Umur?”
                “18 tahun. “
                “lalu kau..”
                “cukup. Apa kau anggota sensus yang mendata penduduknya?” namja bernama Hyunseong membentak Eun Ji yang terus-terusan bertanya.
                “baiklah. Aku tak akan bertanya lagi. Tapi maukah kau makan bekal ini denganku? Aku tidak akan sanggup memakannya sendiri. Bagaimana?”
                “baiklah. Asal kau tidak bertanya lagi.
                “baik.”
                Hari itu Eun Ji menghabiskan sepanjang harinya bersama Hyunseong, namja yang disukainya. Memakan bekal bersama lalu bermain biola bersama. Tak terasa hari sudah sore. Matahari juga sudah tak terlihat lagi dilangit. Tiba saatnya untuk meraka berpisah tapi sebelum pulang meraka membuat janji agar bertemu lagi esok hari.

~

[HARI KEDUA]  
                Hari ini Eun Ji bangun lebih awal untuk menyiapkan bekal buatannya sendiri yang nantinya akan dimakan bersama Hyunseong. Ibunya bingung kenapa hari ini Eun Ji sangat bersemangat? Tapi ibunya membiarkannya, karena itu lebih baik daripada Eun Ji harus terus murung dikamar.
                “omma, aku pergi.” Ucap Eun Ji sambil melambai pada ibunya.
                “hati-hati, Eun Ji.”
                Eun Ji mengayuh sepedanya dengan penuh semangat. Memang sedikit melelahkan tapi melihat orang yang disukainya sedang menunggunya ditepi pantai, rasa lelahnya pun hilang.
                “apa kau sudah lama menungguku?” Tanya Eun Ji ketika sudah berada didekat Hyunseong. Nafasnya tersengal-sengal. Padahal Eun Ji tidak boleh sampai kelelahan.
                “tidak juga. Ga ja.” Hyunseong berjalan mendahului Eun Ji lagi.
                “YAA~ kenapa kau selalu meninggalkanku? Tunggu aku.”
Hyunseong diam saja tapi bibirnya tersenyum. Melihat hal itu Eun Ji merasa sangat gembira. Hari ini mereka menghabiskan sore dengan bermain air dan membuat istana pasir. Tak terasa hari semakin gelap. Dan sudah saatnya mereka berpisah. Dan lagi-lagi mereka membuat janji untuk bertemu.
~
[HARI KETIGA]
                Kondisi Eun Ji hari tidak begitu baik. Wajahnya terlihat pucat. Tapi ia tetap bersemangat mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Hyunseong. Ibu sebenarnya sudah melarangnya tapi Eun Ji tetap bersikeras. Akhirnya dengan berat hati ibu pun merelakan Eun Ji untuk menemui Hyunseong.
                Pelan-pelan Eun Ji mengayuh sepedanya menuju pantai. Senyum Eun Ji langsung mengembang saat melihat Hyunseong melambaikan tangan sembari tersenyum pada Eun Ji.
                “kenapa kau lama sekali? Aku sudah menunggumu sangat lama.” Hyunseong membuat raut wajah cemberut yang sangat lucu dan mampu membuat Eun Ji tertawa, melupakan sakitnya.
                “mianhae.”
                Hyunseong yang sekarang jauh berbeda dengan Hyunseong yang dulu pertama kali dilihat Eun Ji. Matanya tak sekosong dulu. Eun Ji tersenyum lega melihatnya.
                “dulu saat kau mimisan, sebenarnya apa yang terjadi? Apa kau sakit?” Tanya Hyunseong ketika mereka duduk ditepi pantai.
                “apa kau percaya jika kukatakan bahwa aku sakit dan akan mati dalam waktu satu bulan?” Eun Ji menatap mata Hyunseong dengan pandangan nakal. Tidak ada kesan serius dalam ucapannya.
                “apa kau gila? Kau terlihat sehat dan tidak mungkin kau akan mati.” Hyunseong tidak percaya dengan ucapan Eun Ji.
                “baiklah jika kau tak percaya. Kau jangan merindukanku jika aku benar-benar mati. mengerti?” Eun Ji menunjukkan jari kelingkingnya, mengajak Hyunseong untuk berjanji.
                “baik.” Hyunseong mengaitkan jari kelingkingnya pada jari Eun Ji.
                Dalam hati, Eun Ji merasa sangat sedih. Setiap hari Eun Ji semakin merasa takut akan hari dimana ia tidak bisa lagi melihat orang yang disukainya. Ia takut jika ia tak akan rela melepaskan Hyunseong suatu hari nanti.

___
[HARI KEEMPAT]
                Jam sudah menunjukkan pukul 11. Eun Ji masih berada diatas tempat tidurnya. Wajahnya tampak murung. Hari ini Eun Ji menahan diri untuk tidak menemui Hyunseong. Ia sadar bahwa hidupnya tak kan lama lagi, ia tak ingin membuat Hyunseong sedih jika suatu saat nanti ia akan pergi jauh dan tak akan kembali.
                “Eun Ji, apa kau mau makan sesuatu?” Tanya ibu ketika masuk kekamar Eun Ji.
“anio, omma.”
“begitukah? Baiklah, ibu keluar sekarang.” Eun Ji memeluk ibunya saat ibunya hendak keluar. Ibu terkejut saat tiba-tiba Eun Ji menangis. Ia menangis sangat keras. Ibu ingat terakhir kali Eun Ji menangis adalah saat ia mengetahui bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Ibu membalas pelukan Eun Ji.
“omma..”

~
                Hyunseong tengah menunggu Eun Ji ditepi pantai. Disampingnya terdapat keranjang pinik yang telah ia siapkan untuk dinikmatinya bersama Eun Ji. Ia melirik jam tangannya, jam 2 siang. Eun Ji tak juga terlihat. Hatinya mulai kecewa.
                “bodohnya aku. Dipermainkan oleh seorang gadis kecil.” Katanya sambil beranjak dari tempatnya. Hatinya benar-benar dipermainkan oleh seorang yeoja. Tapi bodohnya, ia mulai menyukai yeoja itu. namun saat ia menyadari perasaannya, yeoja itu meninggalkannya.

___
[HARI KELIMA]
                “Eun Ji, makan siang sudah siap.” Panggil ibu saat tiba makan siang.
                Ibu terkejut saat melihat Eun Ji tergeletak dilantai. Wajahnya sangat pucat. Dengan panic, ibu membopong tubuh mungil Eun Ji kedalam mobil lalu membawanya kerumah sakit.
                Sesampainya dirumah sakit, Eun Ji segera ditangani oleh dokter Kim, dokter yang biasa menangani Eun Ji. Kondisi Eun Ji benar-benar buruk sekarang, penyakit Leukimia yang diderita Eun Ji sudah tidak bisa disembuhkan. Hanya menunggu waktu hingga Tuhan menjemput Eun Ji. Setidaknya itulah yang dikatakan dokter Kim pada Ibu Eun Ji. Mendengar itu, tentu saja ibu menangis pilu.
                Ini kedua kalinya ibu harus kehilangan orang yang dicintainya. Dulu ayah yang pergi meninggalkan ibu dan Eun Ji, sekarang Eun Ji lah yang akan meninggalkannya dengan cara yang sama dengan ayahnya. Karena penyakit Leukimia.
                Ibu teringat sesuatu. Hyunseong. Namja yang selama ini membuat Eun Ji bersemangat.
                “aku harus mencarinya.”
                Ibu bergegas mencari namja yang bernama Hyunseong itu dipantai.
~
                Hyunseong duduk ditepi pantai. Matanya terpejam, menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Saat ia menutup mata, ia melihat wajah Eun Ji yang tersenyum padanya namun senyum itu perlahan menjauh dan hilang. Hyunseong mengangkat tangannya, berusaha untuk meraih Eun Ji tapi bayangan Eun Ji hilang tak meninggalkan jejak.
                “apa kau mengenal namja yang bernama Hyunseong?” tanya seorang wanita kepada Hyunseong yang membuat lamunannya buyar.
                “aku yang bernama Hyunseong.” Jawab Hyunseong seraya berdiri.
                Wanita itu tiba-tiba menangis sambil berlutut didepan Hyunseong. Hyunseong pun merasa bingung. Wanita itu tak lain adalah ibu Eun Ji. Ia menceritakan semuanya pada Hyunseong tentang penyakit Eun Ji dan memintanya untuk menemui Eun Ji karena umur Eun Ji sudah tak lama lagi. Hyunseong terkejut mendengar perkataan ibu Eun Ji.
                “kumohon, temuilah Eun Ji untuk yang terakhir kalinya.” Pinta ibu Eun Ji. Hyunseong pun mengangguk dan mengikuti ibu Eun Ji menuju rumah sakit.
~
                Hyunseong tidak langsung masuk kedalam. Pikirannya dihinggapi perasaan takut dan tak percaya, yeoja yang dicintainya akan pergi meninggalkannya selamanya.
                Ragu-ragu Hyunseong membuka pintu kamar Eun Ji. Terlihat sosok Eun Ji. Tubuh mungilnya terlihat tak berdaya. Airmata Hyunseong tumpah saat melihat Eun Ji. Ia berjalan perlahan mendekati ranjang Eun Ji. Lalu ia menangis disamping ranjang Eun Ji seraya menggenggam tangan Eun Ji.
                “kenapa? Kenapa harus kau?” Hyunseong menangis terisak. Ini kedua kalinya Hyunseong kehilangan yeoja yang sangat dicintainya. Dulu Park Chae Rin yang meninggalkannya karena kecelakaan sekarang Eun Ji.
                Eun Ji perlahan membuka matanya. Ia terkejut melihat Hyunseong berada disampingnya.
                “Hyunseong, apa yang kau lakukan disini?” tanya Eun Ji dengan suara lemahnya.
                Hyunseong tak menjawab. Ia diam seraya menahan airmatanya.
                “Hyunseong..”
                “kenapa kau melakukannya? Kenapa kau membiarkanku berpikir bahwa kau mempermainkanku?”
                “aku.. aku hanya tidak ingin terlibat terlalu jauh. Aku tidak ingin menjadi serakah dengan tetap berada disampingmu.”
                “siapa yang mengatakan kau serakah?”
                “jika aku tetap berada disampingmu, maka aku tidak akan sanggup melepaskanmu..”
                “maka jangan lepaskan. Jangan melepaskanku. Tetaplah disampingku.” Ucap Hyunseong memotong ucapan Eun Ji. Eun Ji terkejut.
                “Hyunseong..”
                “aku mencintaimu. Tak peduli kau hanya seorang yeoja kecil tapi aku benar-benar mencintaimu.” Hyunseong menggenggam tangan Eun Ji lebih erat untuk meyakinkan Eun Ji bahwa ia bersungguh-sungguh.
                “tapi..” Hyunseong tiba-tiba mencium kening Eun Ji sangat lama.
                “aku juga mencintaimu bahkan saat aku pertama kali melihatmu tapi aku tidak bisa untuk tetap bersamamu.. aku..” suara Eun Ji mulai terbata. Nafas Eun Ji pun mulai tersengal-sengal.
                “Eun Ji, ghwenchana?” tanya Hyunseong panic. Ia segera memanggil dokter untuk memeriksa Eun Ji, namun Eun Ji menahannya.
                “tetaplah disini.kumohon..”
                “tapi..” Hyunseong pun menurut tapi hatinya tetap tak tenang melihat Eun Ji.
                “gomawo. Terimakasih kau sudah mau menemaniku diwaktuku yang singkat ini. Jika saja Tuhan memberiku waktu sedikit lebih lama maka aku akan lebih lama mencintaimu dan tak akan pernah meninggalkanmu walau satu jam saja. Maafkan … aku..” Kata-kata Eun Ji terputus, begitu pula dengan nafasnya.

___
[HARI KEENAM]
                Hyunseong hadir dalam pemakaman Eun Ji. Kali ini ia lebih tenang dibandingkan dengan kemarin. Tapi matanya tetap terlihat sembab. Ia berdiri disisi ibu Eun Ji dan berusaha menenangkan ibu Eun Ji yang sejak kemarin menangis tanpa henti. Karena kelelahan menangis ibu Eun Ji pun pingsan. Saudara-saudara jauh Eun Ji yang berada dipemakaman itu membawa ibu Eun Ji pulang. Tapi Hyunseong tetap memilih berada dipemakaman.
                “Eun Ji,  Hanya 6 hari kita bersama tapi kau berhasil membuatku mencintaimu seperti orang bodoh. Tapi aku tetap mencintaimu, walaupun aku harus menjadi orang paling bodoh didunia ini. Aku mencintaimu. Kemarin, sekarang, dan sampai kapanpun aku akan tetap mencintaimu ” Itulah kata-kata terakhir yang disampaikan Hyunseong disamping makam Eun Ji.
                Hynseong bangkit berdiri kemudian melangkah menjauhi makam Eun Ji. Namun, jauh dilangit sana ada seorang yeoja cantik menggunakan pakaian putih tersenyum dan berkata.
                “hiduplah dengan mencintai yang hidup. Jangan menengok kebelakang dan mengingat semua yang menjadi masa lalu. Hyunseong, aku mencintaimu selamanya..!!!” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar