TITLE : 6 DAYS TO LOVE YOU
MAIN CAST : SHIM HYUNSEONG & HAN EUN JI
[HARI PERTAMA]
Cahaya
matahari yang masuk melalui celah-celah jendela kamar Eun Ji membuat Eun ji
yang tengah terlelap dalam tidurnya pun terbangun. Tubuh mungil Eun ji
menggeliat diatas tempat tidurnya. Eun Ji tersenyum lalu bangkit dari tempat
tidur seraya membuka jendelanya. Sinar matahari langsung menyilaukan matanya
saat jendela terbuka. Eun Ji melirik kearah jam di meja belajarnya.
“aigho..
aku terlambat.” Eun Ji segera bergegas mandi. Setiap pagi adalah waktuyang
sangat penting bagi Eun Ji. Karena waktunya yang singkat, Eun Ji berusaha
melakukan semua hal yang terbaik yang bisa dilakukannya.
~
Selesai
mandi dan berpakaian, Eun Ji segera bergegas memakai sepatu dan berlari keluar
rumah menuju pantai dekat rumahnya menggunakan sepeda. Tak lupa, Eun Ji juga
membawa biola serta makan siang yang memang sudah ibunya siapkan sebelumnya.
Eun
Ji adalah seorang gadis yang ceria. Umurnya baru menginjak 15 tahun. Gadis
cantik yang selalu bersemangat meskipun waktunya sangat terbatas.
“Eun
Ji, hati-hati.” Teriak ibu saat Eun Ji hendak menaiki sepedanya.
“ne,
omma.” Balas Eun Ji cepat.
Dengan
kecepatan penuh, Eun Ji mengendarai sepedanya menuju pantai. Matanya terus
mengamati sekeliling pantai. Ia mencari sosok yang selalu ia temui saat pagi
datang.
Setelah
lama berkeliling, akhirnya yang dicari Eun Ji pun ketemu. Seorang namja sedang
berjalan ditepi pantai. Seperti biasanya, tatapannya selalu kosong. Tapi itulah
yang membuat Eun Ji menyukainya. Eun Ji mengatakan bahwa mata itu keren.
Kring..
Kring..
Eun Ji
menghampiri namja itu lalu menyapanya. Namja
itu hanya menoleh sedikit lalu kembali mengacuhkan Eun Ji. Karena kesal, Eun Ji
pun menghentikan sepedanya tepat didepan namja itu.
“ini..” Eun Ji
menyodorkan bekal yang disiapkan ibunya kepada namja itu. namun namja itu
justru menangkis tangan Eun Ji dan membuat bekal yang dibawanya hampir jatuh
lalu pergi begitu saja.
Eun Ji
meletakkan sepedanya lalu mengejar namja itu.
“YAA~ mata
keren.” Teriak Eun Ji memanggil namja itu. teriakannya Eun Ji ternyata
berhasil, namja itu berhenti kemudian menoleh. Namja itu menatap Eun Ji. Mata
itu.. mata keren itu yang membuat Eun Ji jatuh cinta padanya. Meskipun Eun Ji
tidak tahu nama bahkan suara namja itu.
“kenapa kau
selalu mengikutiku?” namja itu berjalan mendekati Eun Ji. Eun Ji melangkah
mundur saat jarak antaranya dan namja itu semakin dekat namun namja itu dengan
cepat menangkap lengan Eun Ji lalu mencengkramnya. Eun Ji meringis kesakitan.
“aww..”
“berhenti
mengganggu ku.” Desih namja itu.
Darah keluar dari
hidung Eun Ji, membuat namja itu tersentak kaget.
“hidungmu..”
namja itu menunjuk kearah hidung Eun Ji.
Eun Ji segera
mengusap hidungnya yang berdarah.
“ghwenchana.
Melihat ku seperti ini kau merasa kasihan kan?” goda Eun Ji. Tapi namja itu tak
menghiraukannya dan malah memberikan sapu tangannya pada Eun Ji.
Namja itu
berjalan mendahului Eun Ji. Eun Ji mengejarnya.
“siapa namamu?”
“Shim
HyunSeong.”
“namamu
bagus juga. Umur?”
“18
tahun. “
“lalu
kau..”
“cukup.
Apa kau anggota sensus yang mendata penduduknya?” namja bernama Hyunseong
membentak Eun Ji yang terus-terusan bertanya.
“baiklah.
Aku tak akan bertanya lagi. Tapi maukah kau makan bekal ini denganku? Aku tidak
akan sanggup memakannya sendiri. Bagaimana?”
“baiklah.
Asal kau tidak bertanya lagi.
“baik.”
Hari
itu Eun Ji menghabiskan sepanjang harinya bersama Hyunseong, namja yang
disukainya. Memakan bekal bersama lalu bermain biola bersama. Tak terasa hari
sudah sore. Matahari juga sudah tak terlihat lagi dilangit. Tiba saatnya untuk
meraka berpisah tapi sebelum pulang meraka membuat janji agar bertemu lagi esok
hari.
~
[HARI KEDUA]
Hari
ini Eun Ji bangun lebih awal untuk menyiapkan bekal buatannya sendiri yang
nantinya akan dimakan bersama Hyunseong. Ibunya bingung kenapa hari ini Eun Ji
sangat bersemangat? Tapi ibunya membiarkannya, karena itu lebih baik daripada
Eun Ji harus terus murung dikamar.
“omma,
aku pergi.” Ucap Eun Ji sambil melambai pada ibunya.
“hati-hati,
Eun Ji.”
Eun
Ji mengayuh sepedanya dengan penuh semangat. Memang sedikit melelahkan tapi
melihat orang yang disukainya sedang menunggunya ditepi pantai, rasa lelahnya
pun hilang.
“apa
kau sudah lama menungguku?” Tanya Eun Ji ketika sudah berada didekat Hyunseong.
Nafasnya tersengal-sengal. Padahal Eun Ji tidak boleh sampai kelelahan.
“tidak
juga. Ga ja.” Hyunseong berjalan mendahului Eun Ji lagi.
“YAA~
kenapa kau selalu meninggalkanku? Tunggu aku.”
Hyunseong diam
saja tapi bibirnya tersenyum. Melihat hal itu Eun Ji merasa sangat gembira.
Hari ini mereka menghabiskan sore dengan bermain air dan membuat istana pasir.
Tak terasa hari semakin gelap. Dan sudah saatnya mereka berpisah. Dan lagi-lagi
mereka membuat janji untuk bertemu.
~
[HARI KETIGA]
Kondisi
Eun Ji hari tidak begitu baik. Wajahnya terlihat pucat. Tapi ia tetap
bersemangat mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Hyunseong. Ibu sebenarnya
sudah melarangnya tapi Eun Ji tetap bersikeras. Akhirnya dengan berat hati ibu
pun merelakan Eun Ji untuk menemui Hyunseong.
Pelan-pelan
Eun Ji mengayuh sepedanya menuju pantai. Senyum Eun Ji langsung mengembang saat
melihat Hyunseong melambaikan tangan sembari tersenyum pada Eun Ji.
“kenapa
kau lama sekali? Aku sudah menunggumu sangat lama.” Hyunseong membuat raut
wajah cemberut yang sangat lucu dan mampu membuat Eun Ji tertawa, melupakan
sakitnya.
“mianhae.”
Hyunseong
yang sekarang jauh berbeda dengan Hyunseong yang dulu pertama kali dilihat Eun
Ji. Matanya tak sekosong dulu. Eun Ji tersenyum lega melihatnya.
“dulu
saat kau mimisan, sebenarnya apa yang terjadi? Apa kau sakit?” Tanya Hyunseong
ketika mereka duduk ditepi pantai.
“apa
kau percaya jika kukatakan bahwa aku sakit dan akan mati dalam waktu satu
bulan?” Eun Ji menatap mata Hyunseong dengan pandangan nakal. Tidak ada kesan
serius dalam ucapannya.
“apa
kau gila? Kau terlihat sehat dan tidak mungkin kau akan mati.” Hyunseong tidak
percaya dengan ucapan Eun Ji.
“baiklah
jika kau tak percaya. Kau jangan merindukanku jika aku benar-benar mati.
mengerti?” Eun Ji menunjukkan jari kelingkingnya, mengajak Hyunseong untuk
berjanji.
“baik.”
Hyunseong mengaitkan jari kelingkingnya pada jari Eun Ji.
Dalam
hati, Eun Ji merasa sangat sedih. Setiap hari Eun Ji semakin merasa takut akan
hari dimana ia tidak bisa lagi melihat orang yang disukainya. Ia takut jika ia
tak akan rela melepaskan Hyunseong suatu hari nanti.
___
[HARI KEEMPAT]
Jam
sudah menunjukkan pukul 11. Eun Ji masih berada diatas tempat tidurnya.
Wajahnya tampak murung. Hari ini Eun Ji menahan diri untuk tidak menemui
Hyunseong. Ia sadar bahwa hidupnya tak kan lama lagi, ia tak ingin membuat
Hyunseong sedih jika suatu saat nanti ia akan pergi jauh dan tak akan kembali.
“Eun
Ji, apa kau mau makan sesuatu?” Tanya ibu ketika masuk kekamar Eun Ji.
“anio, omma.”
“begitukah?
Baiklah, ibu keluar sekarang.” Eun Ji memeluk ibunya saat ibunya hendak keluar.
Ibu terkejut saat tiba-tiba Eun Ji menangis. Ia menangis sangat keras. Ibu
ingat terakhir kali Eun Ji menangis adalah saat ia mengetahui bahwa hidupnya
tidak akan lama lagi. Ibu membalas pelukan Eun Ji.
“omma..”
~
Hyunseong
tengah menunggu Eun Ji ditepi pantai. Disampingnya terdapat keranjang pinik
yang telah ia siapkan untuk dinikmatinya bersama Eun Ji. Ia melirik jam
tangannya, jam 2 siang. Eun Ji tak juga terlihat. Hatinya mulai kecewa.
“bodohnya
aku. Dipermainkan oleh seorang gadis kecil.” Katanya sambil beranjak dari
tempatnya. Hatinya benar-benar dipermainkan oleh seorang yeoja. Tapi bodohnya,
ia mulai menyukai yeoja itu. namun saat ia menyadari perasaannya, yeoja itu
meninggalkannya.
___
[HARI KELIMA]
“Eun
Ji, makan siang sudah siap.” Panggil ibu saat tiba makan siang.
Ibu
terkejut saat melihat Eun Ji tergeletak dilantai. Wajahnya sangat pucat. Dengan
panic, ibu membopong tubuh mungil Eun Ji kedalam mobil lalu membawanya kerumah
sakit.
Sesampainya
dirumah sakit, Eun Ji segera ditangani oleh dokter Kim, dokter yang biasa
menangani Eun Ji. Kondisi Eun Ji benar-benar buruk sekarang, penyakit Leukimia
yang diderita Eun Ji sudah tidak bisa disembuhkan. Hanya menunggu waktu hingga
Tuhan menjemput Eun Ji. Setidaknya itulah yang dikatakan dokter Kim pada Ibu
Eun Ji. Mendengar itu, tentu saja ibu menangis pilu.
Ini
kedua kalinya ibu harus kehilangan orang yang dicintainya. Dulu ayah yang pergi
meninggalkan ibu dan Eun Ji, sekarang Eun Ji lah yang akan meninggalkannya
dengan cara yang sama dengan ayahnya. Karena penyakit Leukimia.
Ibu
teringat sesuatu. Hyunseong. Namja yang selama ini membuat Eun Ji bersemangat.
“aku
harus mencarinya.”
Ibu
bergegas mencari namja yang bernama Hyunseong itu dipantai.
~
Hyunseong
duduk ditepi pantai. Matanya terpejam, menikmati hembusan angin yang menerpa
wajahnya. Saat ia menutup mata, ia melihat wajah Eun Ji yang tersenyum padanya
namun senyum itu perlahan menjauh dan hilang. Hyunseong mengangkat tangannya, berusaha
untuk meraih Eun Ji tapi bayangan Eun Ji hilang tak meninggalkan jejak.
“apa
kau mengenal namja yang bernama Hyunseong?” tanya seorang wanita kepada
Hyunseong yang membuat lamunannya buyar.
“aku
yang bernama Hyunseong.” Jawab Hyunseong seraya berdiri.
Wanita
itu tiba-tiba menangis sambil berlutut didepan Hyunseong. Hyunseong pun merasa
bingung. Wanita itu tak lain adalah ibu Eun Ji. Ia menceritakan semuanya pada
Hyunseong tentang penyakit Eun Ji dan memintanya untuk menemui Eun Ji karena
umur Eun Ji sudah tak lama lagi. Hyunseong terkejut mendengar perkataan ibu Eun
Ji.
“kumohon,
temuilah Eun Ji untuk yang terakhir kalinya.” Pinta ibu Eun Ji. Hyunseong pun
mengangguk dan mengikuti ibu Eun Ji menuju rumah sakit.
~
Hyunseong
tidak langsung masuk kedalam. Pikirannya dihinggapi perasaan takut dan tak
percaya, yeoja yang dicintainya akan pergi meninggalkannya selamanya.
Ragu-ragu
Hyunseong membuka pintu kamar Eun Ji. Terlihat sosok Eun Ji. Tubuh mungilnya
terlihat tak berdaya. Airmata Hyunseong tumpah saat melihat Eun Ji. Ia berjalan
perlahan mendekati ranjang Eun Ji. Lalu ia menangis disamping ranjang Eun Ji
seraya menggenggam tangan Eun Ji.
“kenapa?
Kenapa harus kau?” Hyunseong menangis terisak. Ini kedua kalinya Hyunseong
kehilangan yeoja yang sangat dicintainya. Dulu Park Chae Rin yang
meninggalkannya karena kecelakaan sekarang Eun Ji.
Eun
Ji perlahan membuka matanya. Ia terkejut melihat Hyunseong berada disampingnya.
“Hyunseong,
apa yang kau lakukan disini?” tanya Eun Ji dengan suara lemahnya.
Hyunseong
tak menjawab. Ia diam seraya menahan airmatanya.
“Hyunseong..”
“kenapa
kau melakukannya? Kenapa kau membiarkanku berpikir bahwa kau mempermainkanku?”
“aku..
aku hanya tidak ingin terlibat terlalu jauh. Aku tidak ingin menjadi serakah
dengan tetap berada disampingmu.”
“siapa
yang mengatakan kau serakah?”
“jika
aku tetap berada disampingmu, maka aku tidak akan sanggup melepaskanmu..”
“maka
jangan lepaskan. Jangan melepaskanku. Tetaplah disampingku.” Ucap Hyunseong
memotong ucapan Eun Ji. Eun Ji terkejut.
“Hyunseong..”
“aku
mencintaimu. Tak peduli kau hanya seorang yeoja kecil tapi aku benar-benar
mencintaimu.” Hyunseong menggenggam tangan Eun Ji lebih erat untuk meyakinkan
Eun Ji bahwa ia bersungguh-sungguh.
“tapi..”
Hyunseong tiba-tiba mencium kening Eun Ji sangat lama.
“aku
juga mencintaimu bahkan saat aku pertama kali melihatmu tapi aku tidak bisa
untuk tetap bersamamu.. aku..” suara Eun Ji mulai terbata. Nafas Eun Ji pun
mulai tersengal-sengal.
“Eun
Ji, ghwenchana?” tanya Hyunseong panic. Ia segera memanggil dokter untuk
memeriksa Eun Ji, namun Eun Ji menahannya.
“tetaplah
disini.kumohon..”
“tapi..”
Hyunseong pun menurut tapi hatinya tetap tak tenang melihat Eun Ji.
“gomawo.
Terimakasih kau sudah mau menemaniku diwaktuku yang singkat ini. Jika saja
Tuhan memberiku waktu sedikit lebih lama maka aku akan lebih lama mencintaimu
dan tak akan pernah meninggalkanmu walau satu jam saja. Maafkan … aku..”
Kata-kata Eun Ji terputus, begitu pula dengan nafasnya.
___
[HARI KEENAM]
Hyunseong
hadir dalam pemakaman Eun Ji. Kali ini ia lebih tenang dibandingkan dengan
kemarin. Tapi matanya tetap terlihat sembab. Ia berdiri disisi ibu Eun Ji dan
berusaha menenangkan ibu Eun Ji yang sejak kemarin menangis tanpa henti. Karena
kelelahan menangis ibu Eun Ji pun pingsan. Saudara-saudara jauh Eun Ji yang
berada dipemakaman itu membawa ibu Eun Ji pulang. Tapi Hyunseong tetap memilih
berada dipemakaman.
“Eun
Ji, Hanya 6 hari kita bersama tapi kau
berhasil membuatku mencintaimu seperti orang bodoh. Tapi aku tetap mencintaimu,
walaupun aku harus menjadi orang paling bodoh didunia ini. Aku mencintaimu.
Kemarin, sekarang, dan sampai kapanpun aku akan tetap mencintaimu ” Itulah
kata-kata terakhir yang disampaikan Hyunseong disamping makam Eun Ji.
Hynseong
bangkit berdiri kemudian melangkah menjauhi makam Eun Ji. Namun, jauh dilangit
sana ada seorang yeoja cantik menggunakan pakaian putih tersenyum dan berkata.
“hiduplah
dengan mencintai yang hidup. Jangan menengok kebelakang dan mengingat semua yang
menjadi masa lalu. Hyunseong, aku mencintaimu selamanya..!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar