ṏ..YOU NEVER SAW ME..ṏ
AUTHOR :
SHIN
MAIN CAST :
JANG HYUNSEUNG(BEAST) & HAN SOOYOUNG (FICTION)
Hyunseung masih asyik menari
diruang latihan. Tangan dan kakinya menari dengan sangat lincah, menciptakan
sebuah gerakan yang indah. Sampai saat musiknya berhenti, Hyunseung berhenti
menari. Ia menatap kearah cermin didepannya, menikmati kesendiriannya saat ini.
Walaupun bersama dengan anggota BEAST yang lain tapi Hyunseung selalu merasa
sendiri dan kesepian seperti sekarang ini.
Ia
mengambil dompetnya lalu menatap foto seorang yeoja didalamnya. Foto itu tak
pernah ia ganti dan selalu berada didompetnya selama beberapa tahun ini. Difoto
itu Nampak seorang yeoja cantik yang tersenyum kearah kamera. Melihat foto itu
tiba-tiba Hyunseung menitikkan airmata. Mata indahnya menjadi redup dan tak
bercahaya. Foto itu diambil ketika mereka pergi kepantai, waktu itu mereka baru
saja lulus dari sekolah dan merayakannya dengan pergi kepantai. Itu sudah lama
sekali, ketika yeoja itu masih ada disisinya.
Jang
Sooyeon –nama yeoja difoto itu- meninggal dalam kecelakaan bus yang membawa
mereka pulang dalam perjalanan pulang dari pantai setelah merayakan kelulusan
mereka. Hyunseung merasa sangat bersalah dan terus menyalahkan dirinya bahwa
dirinyalah yang membuat Sooyeon meninggal.
Sampai
sekarang Hyunseung masih tidak bisa menerima kepergian Sooyeon. Walaupun semua
orang mengatakan bahwa ini bukan salahnya tapi Hyunseung selalu merasa bersalah
dan selalu murung. Tapi ia masih bisa merasa beruntung karena memiliki
teman-teman seperti member BEAST yang selalu menyemangatinya dan tidak pernah
meninggalkannya. “ jangan menangis terus, Sooyeon akan merasa sangat sedih jika
tahu kau menangis karena dia.” Itulah kata-kata yang selalu dikatakan member
BEAST kepadanya dengan penuh kehangatan.
Bagi
Hyunseung, Sooyeon adalah segalanya. Sooyeon merupakan hartanya yang paling
berharga. Mereka terlahir dihari dan tanggal yang sama tapi mereka bukanlah
saudara kembar. Baginya mereka memiliki banyak kesamaan yang membuatnya semakin
mencintai Sooyeon, begitu pula sebaliknya. Dulu Sooyeon lah yang
menyemangatinya ketika ia sedang merasa lelah dengan aktivitasnya training.
Tapi sekarang tidak ada lagi yang mampu menyemangatinya seperti Sooyeon.
Tiba-tiba
ponselnya berdering. Ia menekan tombol hijau diponselnya. Itu dari Dongwoon.
“Hyung!”
suara diseberang telepon membuatnya tersentak kaget.
“wae?”
“oddie-a?”
tanya dongwoon yang terdengar kebingungan.
“aku
ada diruang latihan. Wae?”
“apa
kau lupa? Kita ada latihan vocal. Cepat kemari atau kau akan mendapat masalah
besar.” Jawab Dongwoon lirih lalu mematikan teleponnya.
Hyunseung
segera berlari pergi ketempat latihan vocal mereka.
Diperjalanan,
ia mengendarai mobil birunya dengan kecepatan tinggi. Sebisa mungkin sampai
ditempat tepat waktu. Tak peduli ia harus melanggar lalu lintas atau apa pun.
Hyunseung
langsung berlari menuju ruang latihan vocal dan mendapati member BEAST dengan
wajah tegang sambil berdiri ditengah ruang latihan. Disana tampak produser
mereka dengan seorang yeoja berdiri tak jauh dari member BEAST.
“annyeong
haseyo.” Sapa Hyunseung ketika sampai didalam.
“ah,
Hyunseung. Kemana saja kau? Kami sudah menunggumu dari tadi.” Sambut produser
hangat sambil merangkul Hyunseung. Semua anggota BEAST bingung menatap
produser.
“bukankah
tadi produser marah ketika Hyung tidak ada? Kenapa sekarang..” tanya Gikwang
bingung sambil menunjuk kearah produser mereka.
“molla.”
Jawab Yoseob singkat.
“baiklah,
karena semua orang sudah berkumpul maka mari kita mulai. Perkenalkan ini adalah
Han Sooyoung, artis yang akan segera debut. Rencananya Sooyoung akan
mengeluarkan lagu debut dengan menggunakan lagu kalian yang berjudul Fiction
dan Hyunseung ditunjuk untuk menjadi teman duet dan model video klip Sooyoung
di lagu pertamanya ini. Bagaimana?” tanya produser setelah panjang-lebar
menjelaskan tujuannya mengumpulkan member BEAST hari ini.
Hyunseung
menatap kearah Sooyoung. Sooyoung tersenyum padanya. Tubuh Hyunseung bergetar
ketika melihat senyum itu. senyum yang telah lama tidak dilihatnya. Senyum yang
dulu hanya ditujukan padanya. Tiba-tiba sekarang senyum itu hadir kembali dalam
sosok yang berbeda.
“hyung,
ghwenchana?” tanya Dongwoon khawatir melihat Hyung-nya yang bergetar.
“maaf
produser sepertinya saya tidak bisa menerima pekerjaan ini.” Setelah itu
Hyunseung memutuskan meninggalkan ruang latihan. Wajah Hyunseung terlihat
sangat pucat. “Sooyeon, apakah itu kau?” gumamnya dalam hati.
“TUNGGUU..”
teriak Sooyoung mendekati Hyunseung yang berada di tempat parkir.
Hyunseung
kembali terpaku melihat Sooyoung mendekatinya.
“kenapa?”
tanya Sooyoung sembari mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
“mwo?”
“kenapa
kau tidak mau menjadi teman duetku?” suara Sooyoung terdengar tegas.
“aku
hanya tak ingin melakukannya.” Jawab Hyunseung seadanya tanpa menatap kearah
Sooyoung.
“apakah
kau selalu seperti ini? Lari dari hal yang paling kau sukai. Tidak punya tujuan
hidup dan selalu pesimis. Melakukan apapun yang kau sukai tanpa memikirkan
orang lain. Heh, aku menyesal telah menganggapmu adalah orang yang hebat.
Sudahlah aku pergi sekarang.” Raut wajah Sooyoung seketika menjadi dingin dan
tak bersahabat.
“belajarlah
menghadapi rintangan dan jangan lari dari apapun yang kau sukai meski kau tau
itu menyakitkan awalnya.” Lanjut Sooyoung yang membuat Hyunseung tersentak
kaget mendengarnya.
___
“belajarlah
menghadapi rintangan dan jangan lari dari apapun yang kau sukai meski kau tau
itu menyakitkan awalnya.”
Malam ini, Hyunseung tidak bisa
tidur memikirkan kata-kata Sooyoung. Kata-kata itu sering diucapkan Sooyeon
ketika Hyunseung merasa jenuh dengan aktivitas trainingnya dulu.
Ia melirik kearah foto Sooyeon yang
terletak dimejanya kemudian tersenyum miris.
[FLASH BACK]
“Hyun, oddie-ka?” dengan nafas
tersengal-sengal, seorang yeoja mengejar Hyunseung yang berjalan sangat cepat.
“jangan mengikutiku.” Ucap
Hyunseung pada yeoja itu.
“apa kau akan terus lari?” tanya
yeoja itu akhirnya dan membuat Hyunseung berhenti berjalan.
“mwo?”
“bukankah kau sangat suka menari
dan menyanyi? Tapi kenapa kau justru lari ketika hal yang sangat kau sukai
datang padamu?”
“aku..”
“belajarlah menghadapi rintangan
dan jangan lari dari apapun yang kau sukai meski kau tau itu menyakitkan
awalnya.” Potong yeoja itu cepat.
“Jang Sooyeon.”
“jangan memanggil namaku jika kau
masih seperti ini.” Ancam Sooyeon pada Hyunseung. Lalu Sooyeon pun pergi
menjauhi Hyunseung yang menatapnya bingung.
[FLASH BACK END]
___
Sooyoung berjalan dengan penuh
semangat menuju ruang latihan vocal. Walaupun tahu Hyunseung keberatan berduet
dengannya tapi itu tidak menyurutkan semangatnya untuk berdebut. Ia mengedarkan
pandangannya keseluruh sudut ruang latihan. Tak ada seorang pun yang berada
diruang latihan. Dilihatnya sebuah piano disudut ruang latihan kemudian
tersenyum. Dengan penuh semangat Sooyoung memainkan jarinya diatas tiap tuts
piano sambil bersenandung riang.
ireoke nan tto
itji motago
nae gaseum soge kkeutnaji anheul iyagil sseugo isseo
neol butjabeulge
nochi anheulge
itji motago
nae gaseum soge kkeutnaji anheul iyagil sseugo isseo
neol butjabeulge
nochi anheulge
kkeutnaji anheun neowa naui iyagi sogeseo oneuldo
in Fiction
sooyoung
selesai bersenandung ketika seseorang masuk kedalam ruangan.
“Hyunseung-ssi,
kau sudah datang.” Sapa Sooyoung pada Hyunseung. Seolah ia tahu bahwa Hyunseung
akan datang hari ini.
Dengan
sebelah tangan dimasukkan kedalam saku celananya, Hyunseung berkata. “aku
melakukannya bukan karena kau tapi hanya untuk profesionalitas kerja.
Mengerti?”
Sooyoung
tersenyum. Ia tahu bahwa Hyunseung bukanlah orang yang akan menyerah dalam
melakukan perkerjaan apapun dan sesulit apapun itu. dan yakin bahwa Hyunseung
akan kembali walaupun Hyunseung tidak menyukainya tanpa sebab.
“arraseo.”
Jam
sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Guru Kwon pun sudah datang. Sooyoung dan
Hyunseung pun memulai latihan mereka.
Latihan
ini tak semudah yang dibayangkan. Sering terdapat banyak kesalahan ketika
menyanyikan lagu ini. Yang banyak melakukan kesalahan bukanlah Sooyoung
melainkan Hyunseunglah yang banyak melakukan kesalahan. Hyunseung sangat sulit
berkonsentrasi karena saat menyanyi dirinya terus teringat pada Sooyeon ketika melihat Sooyoung. Guru Kwon pun menegurnya.
“Hyunseung,
berkonsentrasilah. Banyak nada yang salah saat kau menyanyikan reff-nya. Bisa
kita mengulangnya lagi?” tanya guru Kwon pada Hyunseung.
“maaf.
Bisakah kita istirahat sebentar?” pinta Hyunseung.
“hmm..
baiklah, latihan hari ini cukup sampai disini. Kalian bisa pulang sekarang.”
Jawab Guru Kwon.
Sooyoung
melempar tubuhnya diatas kursi panjang yang ada di ruang latihan itu. ia terus
mengamati jam tangannya yang seakan waktu berjalan dengan sangat cepat. Jam 12
siang. Sooyoung menguap. Rasa kantuk yang mendera matanya tak dapat dibendung
lagi. Tanpa sadar dirinya terlelap disamping Hyunseung dengan kepala menyandar
dipundak Hyunseung. Mengetahui Sooyoung terlelap dipundaknya, membuat Hyunseung
merasa canggung dan serba salah. Berulang kali Hyunseung berusaha menyingkirkan
kepala Sooyoung dari pundaknya tapi usahanya gagal karena kepala Sooyoung
selalu kembali kepundak Hyunseung. Karena merasa usahanya gagal akhirnya
Hyunseung membiarkannya dan tanpa sadar ikut terlelap bersama dengan Sooyoung.
~
Sooyoung
membuka matanya yang berat sambil menguap. Ia merasa ada yang aneh dengan
posisi tidurnya. Betapa terkejutnya Sooyoung ketika tahu siapa yang tengah
tidur disampingnya.
“Hyunseung.”
Pekiknya pelan samil menutup mulutnya yang hampir saja berteriak.
Wajah Sooyoung benar-benar memerah
saat tahu dirinya tidur didada Hyunseung, dengan posisi hampir berpelukan. Jantungnya
berdebar kencang. Ini adalah pertama kalinya ia dipeluk oleh seorang pria
selain ayahnya.
“apa yang kau lakukan?” tanya
Hyunseung sambil mengusap dadanya yang terasa sedikit sakit. Matanya yang indah
terlihat sedikit merah.
“ani.”
Jawab Sooyoung singkat sembari bangkit dari tempat duduknya. Saat ini jantung
Sooyoung tak henti-hentinya berdebar dan sulit untuk dikendalikan.
“ternyata
sudah sangat sore.” Ucap Hyunseung yang sedang memperhatikan jam tangannya yang
menunjukkan pukul 5 sore.
“hah,
iya juga. Aku harus pulang sekarang.” Jawab Sooyoung mengalirkan perhatiannya
dari bayang-bayang Hyunseung yang tiba-tiba melintas dipikirannya.
“apa
mau kuantar?” tanya Hyunseung sopan saat Sooyoung akan keluar dari ruang
latihan.
“tidak
usah. Aku akan naik taxi untuk pulang kerumah.” Tolak Sooyoung.
“begitukah?
Baiklah, terserah kau saja.” Jawab Hyunseung akhirnya. Sooyoung menarik nafas
lega karena Hyunseung tidak memaksanya untuk diantar pulang.
___
“hah,
apa yang kupikirkan? Kami hanya tak sengaja tidur bersama tapi kenapa jantungku
tak bisa berhenti berdebar?” gumam Sooyoung dalam hati.
Saat ini
ia sedang dalam perjalanannya pulang kerumah dengan menggunakan taxi. Ia
memutar-mutar bola matanya tanda kebingungan. Diluar tampak hujan yang seakan
enggan untuk berhenti. Sooyoung menatap jauh ke luar jendela. Terbayang wajah
Hyunseung yang tak pernah tersenyum dihadapannya, bersikap dingin dan seolah
menjaga jarak tapi setiap kali menatap matanya. Sooyoung selalu tahu bahwa
Hyunseung tidak ingin terlibat lebih dekat dengannya selain sebagai seorang
rekan duet. Itulah yang selalu terpancar dari mata Hyunseung ketika Sooyoung
menatap matanya.
Sooyoung
menghela nafas berat.
“nona,
kita sudah sampai.” Ucap supir taxi yang membawa Sooyoung pulang kerumah.
“oh,
benarkah? Gamsahamnida.” Balas Sooyoung seraya keluar dari taxi.
___
Hyunseung
benar-benar memutar otaknya malam ini. Memikirkan bagaimana caranya agar ia
tidak terlibat lebih jauh dengan Sooyoung. Ia tahu apa yang sebenarnya terjadi
tadi diruang latihan. Ia tahu bahwa Sooyoung tidur dipelukkannya tapi entah
mengapa ia tak dapat menghindar dan justru tetap membiarkannya tidur
dipelukkannya.
Hyunseung
terduduk lemah dibawah jendela. Ia menangis. Menangis mengingat Sooyeon.
___
“Hyung,
hari ini bukankah kita tidak ada latihan tapi kenapa kau terlihat sangat rapi?
Apakah kau ingin pergi kesuatu tempat?” tanya Gikwang yang saat itu tengah
sarapan dimeja makan.
Hyunseung
tidak menjawab dan hanya tersenyum kearah Gikwang kemudian berlalu.
“ada
apa dengan Hyunseung-hyung?” tanya Yoseob.
“molla.
Dia terlihat lebih aneh belakangan ini sejak bertemu dengan Sooyoung.” Jawab
Gikwang sambil meneruskan makannya.
“hmm,
benarkah? Sooyoung memang terlihat seperti Sooyeon. Nama mereka juga hampir
sama tapi mereka tetap saja bukan orang yang sama. Kepribadian mereka juga
sangat berbeda. Apakah karena memiliki senyum yang sama maka Hyung menjadi
bimbang?”
“molla.”
___
Sooyoung
berjalan sendirian dijalan setapak menuju makam ibunya. Ditangan kanannya
terdapat bunga lily putih kesukaan ibunya.
Senyumnya mengembang ketika tiba dimakam ibunya.
“annyeong,
omma.” Sapanya penuh senyum.
Hari
ini adalah hari peringatan 3 tahun meninggalnya ibu Sooyoung. Seperti biasanya
Sooyoung selalu berkunjung kemakam ibunya sendirian tanpa ditemani oleh
ayahnya. Hal itulah yang sampai sekarang selalu membuat Sooyoung sedih setiap
kali hari peringatan kematian ibunya tiba. Sampai sekarang ayah Sooyoung masih
sangat merasa bersalah karena secara tidak langsung ayahnyalah yang menyebabkan
kematian ibunya.
“omma,
seperti biasa appa tidak mau ikut bersamaku kemari. Omma tidak akan marah pada
appa walaupun appa tidak kesinikan?” tanya Sooyoung didepan makam ibunya. Ia
tahu bahwa tidak akan ada gunanya berbicara dengan makam ibunya karena pasti
tidak akan ada jawaban tapi entah mengapa setiap kali berbicara dengan makam
ibunya maka hatinya akan merasa sedikit tenang.
“omma,
kemarin aku bertemu dengan seorang namja yang sangat tampan tapi entah mengapa
ia sangat membenciku. Aku ingin sekali menjadi temannya tapi sepertinya itu
akan sangat sulit. Hmm.. mungkin sebaiknya kuurungkan niatku ini. Ya kan omma?”
senyum manis Sooyoung mengembang.
“omma,
sepertinya aku harus pulang sekarang karena appa pasti sudah menungguku
dirumah. Aku pulang dulu. Saranghae, omma.” Pamitnya sambil mengecup batu nisan
ibunya kemudian berlalu pergi.
~
[SOOYOUNG
POV]
Aku
cukup terkejut melihat namja yang pingsan didepan sebuah makam. Suasana makam
sangat sepi, tak ada orang yang lewat untuk membantu. Akhirnya dengan penuh
pertimbangan, aku membawanya kestudio latihanku. Kupapah tubuh tingginya yang
terasa sangat berat itu menuju mobilnya yang terparkir dipinggir jalan. “apa
yang dia lakukan disini sebenarnya?” gumamku pelan lalu menyandarkannya dikursi
sebelah kemudi. Aku duduk dibelakang kemudi. Jantungku berdebar sangat kencang.
Ini pertama kalinya aku mengemudi sejak kematian ibu. Perasaanku sedikit tidak
tenang karena gugup. Dengan hati yang masih deg-degan aku menghidupkan mesin.
“Sooyoung, kau pasti bisa. Fighting!” ucapku menyemangati diriku sendiri.
Kupacu mobilku dengan sangat pelan. Kecepatan mobil jauh dibawah normal.
[HHYUNSEUNG
POV]
Kurasakan
kepalaku yang terasa sangat sakit. Membuka mata pun terasa sangat sulit untuk
kulakukan.
“Sooyoung
kau pasti bisa. Fighting!” samar kudengar suara yeoja yang menyemangati dirinya
sendiri. Perlahan kubuka mataku. Kudapati Sooyoung duduk dibelakang kemudi dan
mulai mengemudi. Kututup lagi mataku dan membiarkan Sooyoung menganggapku masih
pingsan.
~
“Hyunseung-ssi,
kau sungguh berat.” Keluh Sooyoung sembari memapah tubuhku keluar dari mobil.
Sebenarnya aku sedikit tidak tega tapi aku tidak punya tenaga untuk membawa
diriku sendiri. Dia terlihat sangat
keberatan saat memapahku. Sooyoung memapahku menuju kesebuah ruangan yang bisa
dibilang cukup kecil.
~
[NORMAL
POV]
Sooyoung
merebahkan tubuh Hyunseung diatas sebuah kursi panjang. Sooyoung duduk didepan
Hyunseung kemudian ia menyentuh kening Hyunseung lembut. Panas. Sepertinya
Hyunseung demam. Ia bangkit dari tempat duduknya lalu mengambil kompres.
“Sooyoung-ssi,
gomawo.” Ucap Hyunseung tanpa membuka mata ketika Sooyoung meletakkan kompres
dikening Hyunseung.
“hmm,
kau sudah bangun?” tanya Sooyoung.
Hyunseung
bangkit dari tempatnya berbaring seraya memegangi kepalanya yang sakit. Matanya
terlihat tak bersinar. Sooyoung menatapnya dengan pandangan kagum. ‘adakah
orang yang memiliki mata seindah ini?’ gumam Sooyoung dalam hati.
“kenapa
kau menolongku?” tanya Hyunseung yang kini menatap Sooyoung dengan tatapan
tajam tapi lembut. Tangannya terulur menyentuh pipi Sooyoung. Sooyoung menelan
ludah saat tiba-tiba Hyunseung mendekatkan wajahnya. Tiba-tiba, CHUP… sebuah
ciuman mendarat dibibir mungil Sooyoung. Hyunseung mencium Sooyoung sangat lama
seolah enggan melepasnya dan Sooyoung pun seolah terhipnotis oleh Hyunseung
sehingga tak ada perlawanan dari Sooyoung.
DUARRR…
tiba-tiba petir menyambar dengan hebatnya. Mereka pun tersentak kaget dan
otomatis melepaskan ciuman mereka. Hyunseung terlihat gugup ketika tahu tanpa
sadar ia telah mencium Sooyoung. Sooyoung pun tak kalah malunya dengan
Hyunseung, wajahnya terlihat sangat merah.
“mian.”
Ucap Hyunseung singkat tanpa memandang kearah Sooyoung sedikitpun.
“hmm..
ghwenchana.” Jawab Sooyoung.
“aku
rasa aku bisa pergi sekarang. Gomapta.” Pamit Hyunseung pada Sooyoung.
“hmm,
aku rasa kau sudah lebih baik sekarang.” Jawab Sooyoung.
Hyunseung
pun berjalan keluar dari studio kecil itu menuju mobilnya yang terparkir tepat
didepan studio Sooyoung. Ia memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Kepalanya
masih sedikit sakit, ditambah lagi kejadian tadi membuatnya semakin pusing.
~
[SOOYOUNG
POV]
Lagi-lagi
jantungku berdetak tak menentu. Ini kedua kalinya sejak aku merasakan debaran
jantungku yang cepat setiap kali bersama dengan Hyunseung. Apakah aku
menyukainya? Hah, entahlah aku tak dapat berpikir tentang apapun sekarang.
Otakku penuh dengan bayangan Hyunseung dengan berbagai ekspresi.
Aku duduk dikursi tempat Hyunseung
berbaring tadi. Kurasakan sesuatu mengganjal ketika aku duduk disitu. Aku
bangkit berdiri dan menemukan sesuatu yang tergeletak disana. Dompet. Kuraih
dompet itu dan mengamatinya. Sepertinya ini bukan milikku, mungkin milik
Hyunseung. Untuk memastikannya aku membuka dompet itu dan melihat isinya. Aku
terkejut melihat isi dompet itu dan tanpa sadar menjatuhkannya kelantai.
“apakah itu aku?”
___
[NORMAL POV]
Satu-satu daun berjatuhan-yang
kemudian melebur menjadi satu dengan tanah. Embun-embun menetes dari dedaunan
dan kelopak bunga. Sooyoung duduk termenung diruang latihan vocal menunggu
Hyunseung datang untuk mengembalikan dompetnya dan bertanya siapakah gadis yang
berada difoto itu.
Clek. Seseorang memasuki ruangan.
Sooyoung menoleh, mengira bahwa itu Hyunseung.
“oh, kau ada disini?” tanya Yoseob.
“ne.” jawab Sooyoung singkat.
“hari ini Hyung tidak akan latihan
karena sakit. Dia memintaku untuk menyampaikan hal ini padamu.”
“benarkah?” tanya Sooyoung sedikit
kecewa.
“hmm, baiklah aku pergi dulu.”
Pamit Yoseob tapi kemudian Sooyoung menahannya.
“tunggu.”
“wae?”
“bisa kau kembalikan ini pada
Hyunseung? Kemarin ia meninggalkannya.”
“hmm, baiklah.”
“dan satu lagi. Didalam dompet itu
ada sebuah foto, apa kau tahu siapa dia?” tanya Sooyoung sedikit ragu.
“kau sudah melihatnya? Sangat mirip
bukan?” Sooyoung menatap Yoseob tak mengerti.
“apa maksudmu?”
“aku rasa kau memang harus tahu
agar kau bisa sedikit mengerti tentang Hyung.”
~
[SOOYOUNG POV]
Aku masih duduk terpaku di ruang
latihan vocal. Tubuhku bergetar mendengar cerita Yoseob.
“Sooyeon adalah gadis yang sangat dicintai oleh Hyung tetapi
6 tahun lalu Sooyeon meninggal dalam kecelakaan bus yang mereka tumpangi. Sejak
saat itu Hyung menjadi sangat pemurung dan selalu menyalahkan dirinya atas
kematian Sooyeon. Sekarang muncul kau yang sangat mirip dengan Sooyeon, makanya
Hyung menjadi sangat sensitive dan mudah marah. Ku harap setelah mendengar hal
ini kau menjadi sedikit mengerti.”
kata-kata Yoseob tadi masih begitu
membekas dibenakku. Itukah sebabnya Hyunseung menolak berduet denganku? Dan
apakah ciuman kemarin juga karena Hyunseung menganggapku sebagai Sooyeon?
Begitu bodohnya aku menganggap bahwa Hyunseung menyukaiku. Yang disukai
Hyunseung adalah Sooyeon bukan Sooyoung. Aku menutup wajahku dengan kedua
tanganku kemudian menangis. Entah sejak kapan aku mulai merasa seperti ini.
Perasaan kecewa menyelimuti hatiku. Perasaanku benar-benar hancur sekarang.
Sekarang aku sadar bahwa aku menyukai Hyunseung, entah sejak kapan itu bermula.
___
[3 HARI KEMUDIAN]
Hyunseung duduk diatas kursi
panjang didalam ruang latihan. Berkali-kali Hyunseung melirik kearah jam yang
berada didalam ruangan. Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi tapi Sooyoung masih
belum datang untuk latihan. Ini sudah hari ketiga Sooyoung melewatkan latihan
vokalnya.
“apakah terjadi sesuatu pada
Sooyoung?” tanya Guru Kwon pada Hyunseung sembari melihat kearah jam tangannya.
“entahlah.” Jawab Hyunseung
singkat.
“mungkin sebaiknya kau mencari
tahu.” Ucap Guru Kwon pada Hyunseung seraya pergi meninggalkan ruangan.
Hyunseung meraih ponselnya lalu
mencoba menghubungi Sooyoung tapi nihil, Sooyoung tidak menjawab teleponnya. Hyunseung
mencobanya kembali tapi hasilnya tetap sama. Sesaat kemudian Hyunseung teringat
tempat Sooyoung merawatnya dulu. Burur-buru Hyunseung berlari menuju mobilnya
yang diparkir didepan gedung. Ia memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi
menuju tempat yang samar-samar masih diingatnya.
Bangunan itu cukup kecil untuk
ukuran sebuah rumah tapi terlihat indah karena bunga-bunga yang ditanam
disekitarnya. Hyunseung baru saja sampai didepan bangunan yang pernah
dikenalnya itu. Ia melangkah masuk kedalam bangunan itu yang ternyata tidak
terkunci. Perlahan ia membuka sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka.
Seorang yeoja sedang bermain piano. Suara piano itu terdengar sedih. Hyunseung
membuka pintu itu sedikit lebih lebar agar dapat melihat yeoja itu dengan baik.
Mata indah Hyunseung terbelalak kaget ketika melihat yeoja itu tengah menangis
sambil bermain piano. Yeoja itu adalah Sooyoung.
“aku bukan Sooyeon. Aku adalah
Sooyoung.” Ucap Sooyoung ketika selesai memainkan pianonya. Hyunseung yang
sejak tadi berada didepan pintu pun terkejut mendengar nama Sooyeon disebut.
“AKU ADALAH HAN SOOYOUNG BUKAN JANG
SOOYEON.” Teriak Sooyoung sebelum akhirnya menangis tanpa suara.
“darimana kau tahu tentang
Sooyeon?” tanya Hyunseung yang akhirnya memutuskan masuk kedalam ruangan itu.
Sooyoung tersentak kaget.
“Hyunseung?”
“kenapa kau bisa tahu tentang
Sooyeon?” tanya Hyunseung mengulangi ucapannya tadi.
“wae? Apa kau terkejut aku tahu
tentang Sooyeon?” balas Sooyoung dingin.
“mwo?”
“itukah sebabnya kau selalu
bersikap dingin padaku? Lalu menolak berduet denganku? Itukah sebabnya?”
tatapan mata Sooyoung yang dingin menatap tajam kedalam mata Hyunseung.
Hyunseung terdiam.
“kau menolak berduet, bersikap
dingin padaku, lalu…. Menciumku apakah itu karena aku terlihat sepertinya?”
nada suara Sooyoung terdengar bergetar.
Hyunseung masih terdiam.
“JAWAB AKU, JANG HYUNSEUNG.” Teriak
Sooyoung histeris.
“Sooyoung…”
Sooyoung terduduk lemas dilantai
sembari terus menangis.
“aku bukan Jang Sooyeon, Jang
Hyunseung. Tidakkah kau mengerti, aku sangat menyukaimu. Tidak bisakah kau
melupakan Sooyeon lalu tinggal disisiku? Aku mohon tinggallah disisiku.” Ucap
Sooyoung lirih sembari terus menangis.
“mianhae, aku tidak bisa
melakukannya.” Jawab Hyunseung.
“heh.. aku tahu kau akan berkata
seperti itu. lupakan aku pernah mangatakan hal ini. Sekarang pulanglah, aku
harus pergi sekarang.” Ucap Sooyoung sembari bangkit berdiri. Ia merapikan
dirinya lalu bergegas pergi keluar.
“oddie-ka?” tanya Hyunseung.
“kemanapun.” Jawab Sooyoung
singkat.
___
[1 BULAN KEMUDIAN]
“Presdir Park, sebenarnya Sooyoung
ada dimana? Kenapa sudah satu bulan Sooyoung belum juga kembali?” tanya Dongwoon
penasaran pada Presdir Park.
“Sooyoung memutuskan menunda
debutnya karena neneknya yang berada di Amerika sedang sakit dan ia harus
berada disampingnya sampai keadaan neneknya benar-benar pulih.”
“ah, ternyata begitu.”
“Hyung, apa kau tahu jika Sooyoung
pulang ke amerika?” tanya Dongwoon beralih pada Hyunseung yang tengah berkutat
dengan ponselnya.
“hmm..”
“Hyung?” panggil Dongwoon setengah
merengek pada Hyunseung karena pertanyaannya tak dihiraukan.
“molla.” Jawab Hyunseung singkat
seraya berlalu pergi.
“Hyung?”
~
Hyunseung tidak mengira sekali lagi
takdir membawanya pada cerita lama yang pernah dialaminya dulu. Semua orang
tahu dia sangat menyukai Sooyeon. Tapi sekarang wajah gadis lain selalu
terbayang dipikirannya, membuatnya terjaga setiap malam dan gelisah. Gadis itu
seperti angin yang tak mungkin ia raih, sementara ia adalah orang biasa yang
terikat oleh belenggu dan tak mungkin dapat terlepas.
“apa
yang harus kulakukan, Sooyeon?”
___
“Hyung,
kau sudah datang?” sambut Gikwang ketika Hyunseung sampai diruang latihan.
“wae?”
tanya Hyunseung seraya menolah kearah yeoja yang tengah duduk dan berbincang
dengan manager BEAST. Yeoja itu tampak tak asing baginya. Tapi entah mengapa ia
tidak bisa mengingatnya.
“annyeong
haseyo?” sapa yeoja itu pada semua member BEAST. Yeoja itu tersenyum. Betapa
terkejutnya Hyunseung ketika tahu siapa yang ada dihadapannya sekarang.
“Sooyoung?”
pekik Junhyung.
“hmm..
annyeong. Senang bertemu dengan kalian lagi.” Sooyoung telah kembali. Tapi ada
yang berubah dengan penampilannya. Rambut hitam-panjangnya kini berubah menjadi
pendek sebahu dan berwarna pirang dengan sedikit gelombang dibagian bawahnya.
Ia tersenyum kearah Hyunseung seolah tak pernah ada kecanggungan diantara
mereka sebelumnya.
“Sooyoung,
apa yang terjadi dengan rambutmu?” tanya Gikwang pada Sooyoung.
“ini.
Ah, aku hanya tidak ingin menjadi sama dengan orang lain jadi aku merubah
sedikit penampilanku. Bagaimana bagus tidak?” tanya Sooyoung sembari merapikan
rambutnya dan meminta pendapat pada member BEAST.
“sangat
cantik.” Jawab Dongwoon penuh semangat.
“oh ya,
mulai hari ini kalian tidak boleh memanggilku Sooyoung. Mulai sekarang panggil
aku Youngli. Mengerti?”
“Youngli?”
ucap semua member BEAST hampir bersamaan.
“iya,
aku tidak terlalu suka dengan nama itu, jadi aku memutuskan untuk
menggantinya.”
“hmm,
baiklah jika itu mau mu.” Jawab Dongwoon yang dibarengi member BEAST yang
kembali keaktifitasnya masing-masing.
“Han
Sooyoung.” Panggil Hyunseung.
“ah,
apa kau tak mendengarnya tadi? Jangan memanggilku dengan nama itu. Aku
mem-BENCI-nya.” Jawab Sooyoung sambil menekankan kata BENCI dengan tatapan
tajam.
“ikut
aku.” Hyunseung menarik tangan Sooyoung dengan kasar dan membawanya keluar dari
ruang latihan. Sooyoung merintih kesakitan.
“apa
yang kau lakukan?” tanya Sooyoung sambil berusaha menarik tangannya. ia
meringis kesakitan.
“kenapa
kau bertingkah sangat aneh?” tanya Hyunseung sambil terus mencengkram tangan
Sooyoung.
“apa
yang kulakukan salah? Aku hanya melakukan yang sudah seharusnya kulakukan. Aku
tidak ingin menjadi bayang-bayang gadis itu. aku Sooyoung, bukan Sooyeon. Aku
tak ingin dikenal dalam bayang-bayang gadis itu. aku benci. Kau tahu, aku benci
itu.” tukas Sooyoung tajam. Matanya menatap tajam kedalam mata Hyunseung.
Matanya menyiratkan kebencian yang mendalam. Sakit hatinya tak bisa dibendung
lagi.
“Sooyoung..”
“JANGAN
MEMANGGIL NAMAKU.” Bentak Sooyoung. Mata tajam yang tadi menatap Hyunseung kini
berubah menjadi sirat mata yang memancarkan kesedihan yang mendalam. Setetes
air mata jatuh tepat dipipi merah Sooyoung.
“maafkan
aku. Karena aku kau menjadi seperti ini.” Ucap Hyunseung sembari melepaskan
cengkraman tangannya. tubuh tingginya berbalik kemudian menjauh menyebrangi
jalan.
“AWAS…”
___
[SOOYOUNG POV]
“AWAS…”
teriakku ketika sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menghantam tubuh
tingginya. Tubuhnya terpental beberapa meter dari tempatnya semula. Aku
menghambur menghampirinya. Tak bisa kubayangkan apa yang akan terjadi padanya.
Kulihat darah yang teercecer dijalan. Tubuhnya tergeletak dijalan. Dia tak
sadarkan diri.
“tolong
kami…” aku berteriak meminta tolong kepada semua orang yang lewat. Beberapa
orang menghampiri kami dan membantuku membawa Hyunseung kerumah sakit.
~
Aku
menunggu member BEAST yang sedang dalam perjalanan kerumah sakit. Hatiku
benar-benar cemas, tak tahu apa yanga harus kulakukan. Hyunseung sekarang
sedang berada diruang operasi. Aku menangis. Ini semua salahku. Andai saja aku
tidak kembali ke Korea maka Hyunseung tidak akan celaka. Kusesali keputusanku
kembali ke Korea.
“bagaimana
keadaan Hyung?” tanya Dongwoon setibanya dirumah sakit. Aku memandangnya lalu
kearah yang lainnya. Aku menggelengkan kepala.
“Hyunseung
masih diruang operasi.” Jawabku.
Member
BEAST menghela nafas berat. Raut wajah mereka tampak begitu tegang menunggu
hasil operasi Hyunseung. Tak lam kemudian dokter keluar dari ruang operasi.
Wajah dokter tidak terlihat baik, ada raut wajah tegang di wajahnya.
“bagaimana,
dokter?” tanya Doojoon pada dokter itu.
“terdapat
luka memar diwajah dan beberapa anggota tubuh lainnya.” Jawab Dokter Kim.
“huh,
syukurlah.” Ucap member BEAST hampir bersamaan. Begitu pula aku.
“tapi..
ada masalah serius dimatanya. Akibat benturan yang sangat keras ada syaraf
matanya yang terluka dan..” kalimat dokter itu terputus dan membuat kami semua
penasaran.
“dan
apa, dokter?”
“itu
menyebabkan kebutaan pada pasien. Dalam kasus ini, pasien bisa melihat kembali
asalkan dilakukannya pencangkokan kornea mata.” Lanjut Dokter Kim.
“buta?”
tanyaku tak percaya. Tak mungkin Hyunseung buta. Bagaimana dengan karirnya jika
Hyunseung tidak bisa melihat? Kututupi wajahku dengan kedua tanganku kemudian
menangis.
“maaf,
saya permisi dulu.” Pamit Dokter Kim.
~
Sudah
tiga hari Hyunseung dirawat dirumah sakit tapi kondisinya masih sama, ia belum
sadarkan diri. Aku duduk disamping ranjangnya. Mata indah Hyunseung ditutupi
perban. Mata indah itu sekarang tak bisa bersinar seperti dulu lagi, itu semua
salahku. Aku harus bertanggung jawab. Tunggulah Hyunseung sebentar lagi kau
akan bisa melihat lagi. Aku akan melakukan apapun agar kau bisa melihat lagi,
sekalipun aku harus mengorbankan diriku.
___
[NORMAL
POV]
Hari ini
Dokter Kim memanggil orang tua Hyunseung keruangannya. Semua member BEAST
terlihat penasaran sembari menunggu didepan ruang dokter. Tapi Sooyoung
terlihat tenang disudut kursi panjang diruang tunggu. Matanya terus menerawang
jauh kedepan seakan tak berujung. Dari jauh Yoseob memandangnya aneh kemudian
menghampirinya dan menegurnya.
“ghwenchana?”
tanya Yoseob sembari duduk disebelah Sooyoung. Sooyoung menoleh sedkit kemudian
tersenyum kecil.
“bibi,
bagaimana?” tanya Doojoon ketika ibu Hyunseung keluar dari ruang dokter.
“Hyunseung..
dia bisa dioperasi besok lusa. Dia akan bisa melihat lagi.” Jawab ibu Hyunseung
dengan penuh haru. Semua member BEAST menghembuskan nafas lega.
“syukurlah.”
Ucap Yoseob sembari menoleh kearah Sooyoung yang tersenyum kecil kemudian
bangkit berdiri.
“oddie-ka?”
tanya Yoseob.
Sooyoung
tak menjawab dan tetap melangkah pergi.
___
[2 DAYS LATER]
Hari
ini Hyunseung akan dioperasi. Kondisinya sudah lebih baik sekarang. Hyunseung
sudah sadar sejak 2 hari yang lalu. Semua kerabat dan member BEAST berkumpul
untuk menyemangati dan mendoakan Hyunseung. Semuanya berkumpul kecuali…
“dimana
Sooyoung?” tanya Dongwoon. Semua yang berada disana berkata bahwa ia tak
melihat Sooyoung sejak pagi.
“Sooyoung
bilang ia tidak bisa datang karena kurang enak badan.” Jawab Yoseob.
“o..”
“maaf,
sudah saatnya pasien masuk keruang operasi.” Ucap seorang suster.
“o,
baiklah. Hyunseung kami semua mendoakanmu.” Ucap Doojoon mewakili semua yang
berada disitu.
“hmm,
gomawo.”
~
“kau
sudah siap?” tanya dokter pada seorang yeoja sebelum melakukan membius yeoja
itu.
“hmm,
aku siap.” Jawab yeoja itu mantap.
___
sudah 1
bulan sejak berhasilnya operasi Hyunseung. Sekarang ia dapat melihat lagi
seperti dulu. Menikmati indah pagi dan semua keindahan yang ada disekitarnya.
Senyumnya mengembang ketika melihat bunga lily yang tertanam didepan halaman
rumahnya. Bunga itu mengingatkannya akan sosok Sooyoung yang tiba-tiba
menghilang sejak kecelakaan yang menimpanya 1 bulan yang lalu.
“dia
menghilang lagi.” Gumamnya pelan sembari memetik bunga Lily putih itu.
“Hyunseung,
apa yang sedang kau lakukan?” tanya omma-nya yang tiba-tiba muncul
dibelakangnya sembari membawa nampan berisi segelas susu.
“anio,
omma.” Jawab Hyunseung sembari mendekati ibunya.
“apa
kau bosan?” tanya omma-nya.
“sedikit.”
“sejak
kapan kau suka bunga?” tanya omma Hyunseung sembari mengambil bunga Lily dari
tangan Hyunseung.
“entahlah.
Tapi terlihat cantik bukan?”
“tentu.
Apa kau ingin melihat banyak bunga Lily?”
“dimana?”
~
Hyunseung
sedang berjalan ditengah taman ketika matanya terusik dengan sosok yeoja yang
duduk ditepi taman. Yeoja itu memakai kacamata hitam dan disebelahnya ada
seeokr anjing yang setia duduk disampingnya. Hyunseung mendekati yeoja itu. ia
terkejut dan menjatuhkan minuman kaleng yang dibawanya ketika melihat yeoja itu
lebih dekat.
“Sooyoung..”
pekiknya pelan.
“ada
orang disana?” tanya Sooyoung seraya bangkit berdiri dibantu dengan tongkat
yang dipegangnya.
Hyunseung
tidak menjawab. Bibirnya terasa kaku dan tak bisa berkata apa-apa.
“mungkin
aku salah dengar.” Ucap Sooyoung sembari berlalu dengan dituntun oleh anjing
yang setia berada disampingnya.
Hyunseung
menatapnya Sooyoung yang semakin menjauh. Setitik air mata jauh dipipi
Hyunseung. Ia menyadari satu hal bahwa Sooyoung lah pendonor yang bersedia
mendonorkan matanya.
~
Hyunseung
tiba disebuah rumah yang sudah tak asing baginya. Ia mengikuti Sooyoung sampai
didepan sebuah rumah kecil yang biasa Sooyoung gunakan untuk latihan.
“Dodo,
apa kau ingin aku menyanyi untukmu?” tanya Sooyoung pada anjing yang setia
menemaninya itu. seolah tahu apa yang dikatakan majikannya, anjing itu
menggonggong.
“guk..guk..”
“baiklah
aku akan menyanyi..”
ireoke nan tto
itji motago
nae gaseum soge kkeutnaji anheul iyagil sseugo isseo
neol butjabeulge
nochi anheulge
itji motago
nae gaseum soge kkeutnaji anheul iyagil sseugo isseo
neol butjabeulge
nochi anheulge
kkeutnaji anheun neowa naui iyagi sogeseo oneuldo
in Fiction
“Sooyoung-ah..”
“siapa disitu?” tanya Sooyoung sembari memasang posisi
siapa dengan tongkat ditangannya.
“kenapa? Kenapa kau melakukannya?” tanya Hyunseung pada
Sooyoung. Suaranya terdengar bergetar. Hyunseung menangis.
“Hyunseung?” tanya Sooyoung khawatir jika benar itu
Hyunseung. Ia tak mau jika Hyunseung tahu keadaanya yang sekarang.
“kenapa kau memberikan matamu padaku?” kini Hyunseung
berlutut dihadapan Sooyoung. Tangisnya tak dapat dibendung lagi. Beberapa tetes
air mata sempat jatuh mengenai kaki Sooyoung.
“aku..” Sooyoung tak bisa menjawab Hyunseung. Dia terdiam.
“tidak seharusnya kau memberikan matamu padaku, biarkan
saja aku buta.”
“..”
Sooyoung masih terdiam.
“maafkan aku, Sooyoung. Maafkan aku yang terlambat
menyadari bahwa aku..mencintaimu.”
“kau mengatakannya karena kau kasihan padaku bukan?” kini
Sooyoung angkat bicara.
“anio. Aku sungguh-sungguh mencintaimu. Bukan karena kau
seperti Sooyeon tapi aku mencintaimu karena kau adalah Sooyoung.” Hyunseung
berusaha menjelaskan perasaanya agar Sooyoung mengerti dan tidak berpikir bahwa
dirinya hanya kasihan pada Sooyoung.
“bohong. Sejak awal kau hanya menganggapku sebagai Sooyeon
bukan sebagai Sooyoung. Kumohon jangan berbohong, jangan membuatku seperti
seorang pengemis yang butuh belas kasihan orang lain.” Suara Sooyoung yang
indah terdengar pilu. Airmatanya tak dapat lagi dibendungnya. Semua kesedihannya
ia tumpahkan hari ini didepan pria yang sangat dicintainya.
“aku tidak berbohong. Kumohon percayalah.” Ucap Hyunseung
sembari memeluk Sooyoung. Sooypung meronta minta dilepaskan.
“lepaskan aku.”
“kumohon percayalah.” Pinta Hyunseung yang terdengar tulus.
“benarkah kau mencintaiku?” tanya Sooyoung akhirnya yang
mulai percaya pada Hyunseung.
“sangat.” Jawab Hyunseung yakin.
“sekalipun aku tidak bisa melihat?” tanya Sooyoung memastikan
bahwa Hyunseung tidak bohong.
“maka aku yang akan menjadi matamu.” Jawab Hyunseung.
“saranghae,
Jang Hyunseung.” Ucap Sooyoung sembari membalas pelukan Hyunseung.
“na do
saranghae, Han Sooyoung.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar