my scroller


I made this widget at MyFlashFetish.com.

Sabtu, 05 Mei 2012

[FANFICTION] WHEN BAD BOY FALL IN LOVE


TITTLE                   : WHEN BAD BOY FALL IN LOVE
AUTHOR              : SHIN
MAIN CAST         : JUNG YURI & KIM JINYOUNG


                Untuk pertama kalinya dalam hidupku setelah bertahun-tahun aku kehilangan emosi paling dasar dari seorang manusia. Cinta. Sudah lama aku kehilangan emosi dasar manusia itu. Tapi sekarang, berkat seorang namja aku mulai menemukan emosi dasar itu. semua terlihat sempurna bagiku sekarang, setidaknya ketika aku mulai jatuh cinta pada namja beralis tebal itu.
                disinilah aku terjebak. Terjebak antara obsesi cintaku pada namja bernama Hyun Hyuk Jae dan Kim Jin Young, seorang preman sekolah yang sangat menyukaiku.

___
                Kumainkan jari jemariku sambil berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan cinta Hyuk Jae sekaligus cara menjauhkan Jin Young dari hidupku untuk selamanya. Aku melihat kearah sekelilingku untuk sedikit menghilangkan rasa bosanku. Tepat saat itu juga mata kami bertemu. Mataku dan Jinyoung. Dia tersenyum padaku. Aku membuang muka. Hatiku menggerutu kesal. Jinyoung berjalan kearahku, aku burur-buru bangkit dari tempat dudukku lalu pergi.
                “oddie-ka?” tiba-tiba Jinyoung sudah berada didepanku. Aku tersentak kaget dan hampir saja jatuh. Jinyoung tersenyum padaku. Lebih tepatnya menyeringai padaku.
                “wae..wae..?” tanyaku terbata sambil berusaha menghindari matanya yang menatap tajam padaku.
                Jinyoung memandang aneh padaku. Kenapa dia menatapku? Apa ada yang salah padaku? Jinyoung mendekat satu langkah padaku. Jarak kami sangat dekat, aku mulai gugup dan salah tingkah. “YAA~kenapa kau menatapku seperti itu?” tanyaku protes dengan kelakuannya.
                “kau berpikir aku akan menciummu? Apa kau begitu berharap?” dia tersenyum menggodaku. Wajahku terasa panas. Aku marah karena napeun namja ini berani menggodaku. DUAAKKK… Tanpa aba-aba, aku membenturkan kepalaku tepat pada dahinya dengan sangat keras. Jinyoung merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya. Sedang aku tersenyum penuh kemenangan.
                “jika kau mengulanginya lagi maka kau akan mati.” ancamku kemudian berlalu meninggalkannya.
                “YAA~ Jung Yuri, lain kali aku akan benar-benar menciummu. Dan kau akan menyesal telah melakukan ini padaku.” Aku tak menghiraukan teriakan Jinyoung itu. Hatiku sedang sangat kesal hari ini. ‘jika kami bertemu lagi dengannya dalam radius 1meter. Ah, tidak.. 5meter, maka aku adalah ayam.’ Batinku dalam hati.

___
                Aku terus mengamati seorang namja yang tengah berkencan dengan seorang yeoja cantik disebuah restaurant. Aku menutupi wajahku dengan buku menu sambil sesekali mengintip kearah namja-yeoja itu. Hatiku benar-benar panas melihatnya. Tanpa sadar aku merobek buku menu yang kupegang sambil mendengus marah. Pelayan yang melihatku merobek buku menu itu menegurku. Aku berkali-kali membungkuk untuk minta maaf lalu pelayan itu pun pergi. Aku menarik nafas lega tapi saat kulihat kearah meja Hyuk Jae –namja yang sedang kuamati- aku terkejut karena Ia sudah tak berada disana lagi. Mungkin ini hukuman dari Tuhan karena aku menguntit orang, aku bertabrakan dengan seorang namja kertika keluar restaurant. Aku berkali-kali membungkuk untuk minta maaf tapi betapa terkejutnya aku ketika tahu bahwa orang yang ku tabrak adalah JINYOUNG, namja menyebalkan yang selalu membuatku marah.
                “kau?” tanyaku tak percaya ketika melihat napeun namja itu berdiri tepat didepanku dengan senyum bodohnya. Aku segera menegakkan tubuhku dan mengamatinya. Apa benar ini Jinyoung atau aku hanya berhalusinasi? Aku mengamatinya dari atas sampai bawah tapi dilihat darimanapun namja itu memang Jinyoung.
                “wae? Kau rindu padaku?” tanyanya percaya diri. Aku benar-benar kesal. Karena terlalu kesal tanpa kusadari aku mulai menangis. Jinyoung yang melihatku menangis menjadi salah tingkah. Orang-orang yang berada disekelilingku menatap Jinyoung dengan tatapan menyindir. Untuk menghindari tatapan sadis dari orang-orang dijalan, Jinyoung menarikku menuju tepi sungai Han. Disana aku menangis sepuasnya sedang Jinyoung duduk disampingku dan menunggu aku berhenti menangis.
                “gomawo.” Ucapku pada Jinyoung. Ini adalah pertama kalinya aku berterimakasih pada namja ini. Tapi ucapanku ini benar-benar tulus untuknya.
                “semua ini tidak gratis. Kau harus membayar.” Jinyoung menyentuh bibirnya dengan telunjuknya lalu berkata “kiss.” Wajahku langsung memerah ketika melihat Jinyoung. Wajah Jinyoung mulai mendekat, hatiku menjadi berdebar tak karuan. Aku menutup mataku. Kurasakan Jinyoung semakin dekat dan mungkin bibir kami tinggal berjarak 1cm sampai tiba-tiba Jinyoung tertawa keras.
                Aku membuka mataku. Wajah Jinyoung sampai memerah karena terlalu banyak tertawa.
                “kau tahu wajahmu tadi terlihat sangat lucu. Seharusnya aku memotretnya sebagai kenang-kenangan.” Jinyoung tak henti-hentinya tertawa. Entah kenapa hatiku sedikit kecewa. Jinyoung mempermainkanku. Dengan perasaan kesal aku meninggalkan Jinyoung tapi saat aku berjalan menjauhi Jinyoung tiba-tiba ia menarikku dan CUP.. bibirnya mendarat tepat pada bibirku. Aku benar-benar terkejut sampai-sampai tubuhku tak bisa bergerak. Kami berciuman sangat lama. Aku masih terpana saat Jinyoung melepaskan ciumannya. Nafasku tertahan. Jinyoung menatapku sembari tersenyum.
                “a..apa..yang kau la..lakukan?” tanyaku tertaba saat kesadaranku kembali. Perasaanku benar-benar kacau. Entah mengapa aku tidak marah pada Jinyoung. Tapi hatiku justru berdebar tidak karuan.
                “karena aku menyu…” suara Jinyoung tak terdengar jelas karena saat itu dibarengi suara kembang api yang meletus diudara.
                “mwo?” tanyaku pada Jinyoung. Tapi Jinyoung tak mau mengulangi ucapannya tadi dan memilih pergi meninggalkanku. Aku mengejarnya lalu mensejajarkan langkah kakiku dengan kakinya.

___
                Seperti biasa, waktu istirahat tiba seluruh murid pergi kekantin ataupun taman untuk memakan bekal yang mereka bawa. Tidak berbeda jauh dengan murid yang lain aku juga sudah siap dengan bekal makanan yang kubawa tapi aku lebih memilih untuk memakannya didalam kelas saja karena saat istirahat suasana kelas akan sepi jadi aku lebih leluasa memakan bekal makananku tanpa gangguan.
                “amm..” Jinyoung merebut kimbab yang akan kumakan lalu memakannya. Aku tak terima. Kimbab adalah makanan kesukaanku, jadi tak seorang pun boleh memakannya.
                “makanlah bekalmu sendiri. Jangan menggangguku.” Aku menutupi bekalku dengan tangan, menghalanginya untuk mengambil kimbab ku lagi. Tapi tiba-tiba terdengar suara KRUYYYUUUUKK.. perut Jinyoung berbunyi keras. Aku memandangnya, Jinyoung membalas tatapanku dengan pandangan memohon. Karena tak tega, akhirnya aku memperbolehkannya untuk memakan beberapa potong kimbab.           
                “gomawo.” Ucapnya ketika selesai makan ‘beberapa’ potong kimbab atau lebih tepatnya semua. Aku bahkan belum mencicipinya tapi Jinyoung sudah melahapnya hingga tak tersisa.
                “aku sungguh bodoh.” Kataku penuh penyesalan. Kurapikan kotak bekalku lalu menyimpannya diloker meja. Aku menelungkup diatas meja sambil mengeluh lapar.
                “apa aku harus membayar?” tanyanya sambil menyentuh bibirnya lagi. Aku tahu maksudnya, jadi buru-buru kulindungi bibirku dengan kedua tangan. Jinyoung tersenyum geli melihat reaksiku lalu mengeluarkan sekotak penuh strawberry dari tasnya dan memberikannya padaku. Aku tersenyum girang ketika menerimanya.
                “gomawo.” Kataku sambil melahap potongan pertama. Hmm.. aku sangat suka strawberry. Kunikmati satu-persatu dan merasakan sensasi asam-manis ketika memakannya.
                “sepertinya aku ingin kiss rasa strawberry.” Ucap Jinyoung. Tapi kali ini aku tahu dia hanya bercanda.
                “sireo.” Jawabku sambil membuang muka dan tetap menikmati strawberry-ku.
               
___
                Seorang yeoja berlari mengejar seorang namja. Yeoja itu seperti berusaha menjelaskan sesuatu pada namja itu. aku memandangnya heran. Sepasang kekasih jaman sekarang seperti sepasang suami-istri yang sedang bertengkar. Betapa terkejutnya aku ketika melihat wajah namja itu. wajah itu begitu kukenal. Jinyoung. Aku yakin itu Jinyoung. Aku yakin itu Jinyoung ketika aku melihat kalung yang dipakainya. Kalung itu khusus milik Jinyoung karena ia memesannya khusus ditoko. Satu hal lagi yang membuatku terkejut adalah ketika yeoja itu mencium Jinyoung. Entah mengapa hatiku benar-benar hancur saat itu. tak tahu harus berbuat apa. Dengan perasaan sedih aku melangkah pergi menjauhi taman.

___
                “Yuri-ah, apa kau..” belum selesai Jinyoung berbicara tapi aku sudah beranjak pergi dari tempat dudukku.
                Semenjak kejadian kemarin, hari ini aku berusaha menjauhi Jinyoung. Menjaga jarak sejauh mungkin darinya. Kuakui aku kecewa ketika melihatnya berciuman dengan gadis lain. Aku mendesah panjang.  Kini aku berbalik hendak pergi tapi tiba-tiba sebuah bola menghantam kepalaku keras. Aku menangis, bukan karena sakit tertimpa bola tapi karena memikirkan perasaanku yang kacau balau dan baru menyadari bahwa aku mulai menyukai Jinyoung.
                “sakiiiittt…” aku tersungkur ditepi lapangan. Hatiku kini benar-benar menyadari bahwa aku menyukai Jinyoung yang menyebalkan bukan Hyuk Jae. Aku memukul-mukul dadaku yang ‘sakit’ kemudian menangis keras.
                “ghwenchana?” tanya Jinyoung menghampiriku yang sedang tersungkur ditepi lapangan. Tangannya terulur untuk membantuku berdiri. Aku meraih tangannya lalu berdiri.
                “aku menyukaimu. Bisakah kau hanya melihatku dan jangan hiraukan yeoja lain? Tetaplah memandangku.” Ucapku sembari berusaha meredakan tangisku. Jinyoung menatap mataku tajam tapi tetap diam lalu tersenyum.
                “kenapa kau begitu bodoh? Seharusnya kau mengatakannya dari dulu dan membuatku menunggu terlalu lama.” Kata-kata Jinyoung sulit kucerna. Mungkinkah Jinyoung benar menyukaiku sejak lama? Atau kali ini dia hanya mempermainkan aku?
                “mwo?”
                “na do joahae. Nan dangshin-ui namja chingureul mandeul (jadikan aku pacarmu).”  Jawab Jinyoung penuh keyakinan.
                “Jinyoung-ah, apa kau yakin?” aku terharu. Ternyata Jinyoung juga menyukaiku.
                “sangat yakin.” Jawabnya singkat tapi jelas.  
                “ne, aku mau.” Jawabku mantap.