TITTLE : WHEN BAD BOY FALL IN LOVE
AUTHOR : SHIN
Untuk
pertama kalinya dalam hidupku setelah bertahun-tahun aku kehilangan emosi
paling dasar dari seorang manusia. Cinta. Sudah lama aku kehilangan emosi dasar
manusia itu. Tapi sekarang, berkat seorang namja aku mulai menemukan emosi
dasar itu. semua terlihat sempurna bagiku sekarang, setidaknya ketika aku mulai
jatuh cinta pada namja beralis tebal itu.
disinilah
aku terjebak. Terjebak antara obsesi cintaku pada namja bernama Hyun Hyuk Jae
dan Kim Jin Young, seorang preman sekolah yang sangat menyukaiku.
___
Kumainkan
jari jemariku sambil berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan cinta Hyuk
Jae sekaligus cara menjauhkan Jin Young dari hidupku untuk selamanya. Aku
melihat kearah sekelilingku untuk sedikit menghilangkan rasa bosanku. Tepat
saat itu juga mata kami bertemu. Mataku dan Jinyoung. Dia tersenyum padaku. Aku
membuang muka. Hatiku menggerutu kesal. Jinyoung berjalan kearahku, aku
burur-buru bangkit dari tempat dudukku lalu pergi.
“oddie-ka?”
tiba-tiba Jinyoung sudah berada didepanku. Aku tersentak kaget dan hampir saja
jatuh. Jinyoung tersenyum padaku. Lebih tepatnya menyeringai padaku.
“wae..wae..?”
tanyaku terbata sambil berusaha menghindari matanya yang menatap tajam padaku.
Jinyoung
memandang aneh padaku. Kenapa dia menatapku? Apa ada yang salah padaku?
Jinyoung mendekat satu langkah padaku. Jarak kami sangat dekat, aku mulai gugup
dan salah tingkah. “YAA~kenapa kau menatapku seperti itu?” tanyaku protes
dengan kelakuannya.
“kau
berpikir aku akan menciummu? Apa kau begitu berharap?” dia tersenyum
menggodaku. Wajahku terasa panas. Aku marah karena napeun namja ini berani
menggodaku. DUAAKKK… Tanpa aba-aba, aku membenturkan kepalaku tepat pada dahinya
dengan sangat keras. Jinyoung merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya.
Sedang aku tersenyum penuh kemenangan.
“jika
kau mengulanginya lagi maka kau akan mati.” ancamku kemudian berlalu
meninggalkannya.
“YAA~
Jung Yuri, lain kali aku akan benar-benar menciummu. Dan kau akan menyesal
telah melakukan ini padaku.” Aku tak menghiraukan teriakan Jinyoung itu. Hatiku
sedang sangat kesal hari ini. ‘jika kami bertemu lagi dengannya dalam radius
1meter. Ah, tidak.. 5meter, maka aku adalah ayam.’ Batinku dalam hati.
___
Aku
terus mengamati seorang namja yang tengah berkencan dengan seorang yeoja cantik
disebuah restaurant. Aku menutupi wajahku dengan buku menu sambil sesekali
mengintip kearah namja-yeoja itu. Hatiku benar-benar panas melihatnya. Tanpa
sadar aku merobek buku menu yang kupegang sambil mendengus marah. Pelayan yang
melihatku merobek buku menu itu menegurku. Aku berkali-kali membungkuk untuk
minta maaf lalu pelayan itu pun pergi. Aku menarik nafas lega tapi saat kulihat
kearah meja Hyuk Jae –namja yang sedang kuamati- aku terkejut karena Ia sudah
tak berada disana lagi. Mungkin ini hukuman dari Tuhan karena aku menguntit
orang, aku bertabrakan dengan seorang namja kertika keluar restaurant. Aku
berkali-kali membungkuk untuk minta maaf tapi betapa terkejutnya aku ketika
tahu bahwa orang yang ku tabrak adalah JINYOUNG, namja menyebalkan yang selalu
membuatku marah.
“kau?”
tanyaku tak percaya ketika melihat napeun namja itu berdiri tepat didepanku
dengan senyum bodohnya. Aku segera menegakkan tubuhku dan mengamatinya. Apa
benar ini Jinyoung atau aku hanya berhalusinasi? Aku mengamatinya dari atas
sampai bawah tapi dilihat darimanapun namja itu memang Jinyoung.
“wae?
Kau rindu padaku?” tanyanya percaya diri. Aku benar-benar kesal. Karena terlalu
kesal tanpa kusadari aku mulai menangis. Jinyoung yang melihatku menangis
menjadi salah tingkah. Orang-orang yang berada disekelilingku menatap Jinyoung
dengan tatapan menyindir. Untuk menghindari tatapan sadis dari orang-orang
dijalan, Jinyoung menarikku menuju tepi sungai Han. Disana aku menangis
sepuasnya sedang Jinyoung duduk disampingku dan menunggu aku berhenti menangis.
“gomawo.”
Ucapku pada Jinyoung. Ini adalah pertama kalinya aku berterimakasih pada namja
ini. Tapi ucapanku ini benar-benar tulus untuknya.
“semua
ini tidak gratis. Kau harus membayar.” Jinyoung menyentuh bibirnya dengan
telunjuknya lalu berkata “kiss.” Wajahku langsung memerah ketika melihat
Jinyoung. Wajah Jinyoung mulai mendekat, hatiku menjadi berdebar tak karuan.
Aku menutup mataku. Kurasakan Jinyoung semakin dekat dan mungkin bibir kami
tinggal berjarak 1cm sampai tiba-tiba Jinyoung tertawa keras.
Aku
membuka mataku. Wajah Jinyoung sampai memerah karena terlalu banyak tertawa.
“kau
tahu wajahmu tadi terlihat sangat lucu. Seharusnya aku memotretnya sebagai
kenang-kenangan.” Jinyoung tak henti-hentinya tertawa. Entah kenapa hatiku
sedikit kecewa. Jinyoung mempermainkanku. Dengan perasaan kesal aku
meninggalkan Jinyoung tapi saat aku berjalan menjauhi Jinyoung tiba-tiba ia
menarikku dan CUP.. bibirnya mendarat tepat pada bibirku. Aku benar-benar
terkejut sampai-sampai tubuhku tak bisa bergerak. Kami berciuman sangat lama.
Aku masih terpana saat Jinyoung melepaskan ciumannya. Nafasku tertahan.
Jinyoung menatapku sembari tersenyum.
“a..apa..yang
kau la..lakukan?” tanyaku tertaba saat kesadaranku kembali. Perasaanku
benar-benar kacau. Entah mengapa aku tidak marah pada Jinyoung. Tapi hatiku
justru berdebar tidak karuan.
“karena
aku menyu…” suara Jinyoung tak terdengar jelas karena saat itu dibarengi suara
kembang api yang meletus diudara.
“mwo?”
tanyaku pada Jinyoung. Tapi Jinyoung tak mau mengulangi ucapannya tadi dan
memilih pergi meninggalkanku. Aku mengejarnya lalu mensejajarkan langkah kakiku
dengan kakinya.
___
Seperti
biasa, waktu istirahat tiba seluruh murid pergi kekantin ataupun taman untuk
memakan bekal yang mereka bawa. Tidak berbeda jauh dengan murid yang lain aku
juga sudah siap dengan bekal makanan yang kubawa tapi aku lebih memilih untuk
memakannya didalam kelas saja karena saat istirahat suasana kelas akan sepi
jadi aku lebih leluasa memakan bekal makananku tanpa gangguan.
“amm..”
Jinyoung merebut kimbab yang akan kumakan lalu memakannya. Aku tak terima.
Kimbab adalah makanan kesukaanku, jadi tak seorang pun boleh memakannya.
“makanlah
bekalmu sendiri. Jangan menggangguku.” Aku menutupi bekalku dengan tangan,
menghalanginya untuk mengambil kimbab ku lagi. Tapi tiba-tiba terdengar suara
KRUYYYUUUUKK.. perut Jinyoung berbunyi keras. Aku memandangnya, Jinyoung membalas
tatapanku dengan pandangan memohon. Karena tak tega, akhirnya aku
memperbolehkannya untuk memakan beberapa potong kimbab.
“gomawo.”
Ucapnya ketika selesai makan ‘beberapa’ potong kimbab atau lebih tepatnya
semua. Aku bahkan belum mencicipinya tapi Jinyoung sudah melahapnya hingga tak
tersisa.
“aku
sungguh bodoh.” Kataku penuh penyesalan. Kurapikan kotak bekalku lalu
menyimpannya diloker meja. Aku menelungkup diatas meja sambil mengeluh lapar.
“apa
aku harus membayar?” tanyanya sambil menyentuh bibirnya lagi. Aku tahu
maksudnya, jadi buru-buru kulindungi bibirku dengan kedua tangan. Jinyoung
tersenyum geli melihat reaksiku lalu mengeluarkan sekotak penuh strawberry dari
tasnya dan memberikannya padaku. Aku tersenyum girang ketika menerimanya.
“gomawo.”
Kataku sambil melahap potongan pertama. Hmm.. aku sangat suka strawberry.
Kunikmati satu-persatu dan merasakan sensasi asam-manis ketika memakannya.
“sepertinya
aku ingin kiss rasa strawberry.” Ucap Jinyoung. Tapi kali ini aku tahu dia
hanya bercanda.
“sireo.”
Jawabku sambil membuang muka dan tetap menikmati strawberry-ku.
___
Seorang
yeoja berlari mengejar seorang namja. Yeoja itu seperti berusaha menjelaskan
sesuatu pada namja itu. aku memandangnya heran. Sepasang kekasih jaman sekarang
seperti sepasang suami-istri yang sedang bertengkar. Betapa terkejutnya aku
ketika melihat wajah namja itu. wajah itu begitu kukenal. Jinyoung. Aku yakin
itu Jinyoung. Aku yakin itu Jinyoung ketika aku melihat kalung yang dipakainya.
Kalung itu khusus milik Jinyoung karena ia memesannya khusus ditoko. Satu hal
lagi yang membuatku terkejut adalah ketika yeoja itu mencium Jinyoung. Entah
mengapa hatiku benar-benar hancur saat itu. tak tahu harus berbuat apa. Dengan
perasaan sedih aku melangkah pergi menjauhi taman.
___
“Yuri-ah,
apa kau..” belum selesai Jinyoung berbicara tapi aku sudah beranjak pergi dari
tempat dudukku.
Semenjak
kejadian kemarin, hari ini aku berusaha menjauhi Jinyoung. Menjaga jarak sejauh
mungkin darinya. Kuakui aku kecewa ketika melihatnya berciuman dengan gadis
lain. Aku mendesah panjang. Kini aku
berbalik hendak pergi tapi tiba-tiba sebuah bola menghantam kepalaku keras. Aku
menangis, bukan karena sakit tertimpa bola tapi karena memikirkan perasaanku
yang kacau balau dan baru menyadari bahwa aku mulai menyukai Jinyoung.
“sakiiiittt…”
aku tersungkur ditepi lapangan. Hatiku kini benar-benar menyadari bahwa aku
menyukai Jinyoung yang menyebalkan bukan Hyuk Jae. Aku memukul-mukul dadaku
yang ‘sakit’ kemudian menangis keras.
“ghwenchana?”
tanya Jinyoung menghampiriku yang sedang tersungkur ditepi lapangan. Tangannya
terulur untuk membantuku berdiri. Aku meraih tangannya lalu berdiri.
“aku
menyukaimu. Bisakah kau hanya melihatku dan jangan hiraukan yeoja lain?
Tetaplah memandangku.” Ucapku sembari berusaha meredakan tangisku. Jinyoung
menatap mataku tajam tapi tetap diam lalu tersenyum.
“kenapa
kau begitu bodoh? Seharusnya kau mengatakannya dari dulu dan membuatku menunggu
terlalu lama.” Kata-kata Jinyoung sulit kucerna. Mungkinkah Jinyoung benar
menyukaiku sejak lama? Atau kali ini dia hanya mempermainkan aku?
“mwo?”
“na
do joahae. Nan dangshin-ui namja chingureul mandeul (jadikan aku
pacarmu).” Jawab Jinyoung penuh
keyakinan.
“Jinyoung-ah,
apa kau yakin?” aku terharu. Ternyata Jinyoung juga menyukaiku.
“sangat
yakin.” Jawabnya singkat tapi jelas.
“ne,
aku mau.” Jawabku mantap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar